Hari Sabat Yang Merepotkan

Hari Sabat Yang Merepotkan. Hari Sabbat jadi agak merepotkan bagi Yosef Ball. Penganut Yahudi ortodoks ini dan istrinya tidak boleh menggunakan lift pada hari Sabbat sesuai fatwa para rabi, bulan lalu.

Mereka harus menapaki anak tangga sambil menarik lima orang anak serta mengangkat sebuah kereta bayi hingga lantai tujuh untuk mencapai apartemen mereka pada setiap hari Sabbat atau Sabtu.

"Sangat berat, tetapi kami berjalan perlahan-lahan dan dengan kesabaran," kata Ball (29 tahun) beberapa waktu lalu.

Hukum Yahudi, atau halacha, melarang penggunaan peralatan listrik pada hari Sabbat. Namun, bertahun-tahun para rabi mengizinkan lift khusus hari Sabbat yang secara otomatis berhenti di setiap lantai sehingga penggunanya tidak perlu menekan tombol. Hal itu memungkinkan orang Yahudi ortodoks naik lift dan tinggal di gedung-gedung tinggi.

Memicu debat

Aturan bulan lalu itu, yang dikeluarkan seorang rabi besar Israel, menyatakan bahwa lift sama sekali tidak boleh digunakan. Hal itu memicu debat tentang lift dan memaksa kaum Yahudi yang tinggal di gedung-gedung tinggi untuk memutuskan menggunakan tangga saat ke dan pulang dari sinagoge pada hari Sabtu.

Komunitas ortodoks telah lama terbagi terkait masalah lift ini. Para penentang pemakaian lift mengatakan, meskipun tidak menekan tombol, berat para penumpang tetap saja menambah daya listrik yang dibutuhkan untuk mengangkat lift. Jadi, orang Yahudi yang menggunakan lift itu sesungguhnya telah melanggar hukum Yahudi.

Lift, yang telah digunakan selama empat dekade terakhir, telah membuka kesempatan bagi sejumlah orang Yahudi ortodoks untuk hidup di gedung-gedung tinggi. "Tidak ada pasangan muda yang akan tinggal di lantai sembilan atau sepuluh jika itu menjadi penjara bagi mereka," kata Jonathan Rosenblum, seorang pengamat Yahudi ultraortodoks di Jerusalem.

Lila Lowell, seorang Yahudi asal Bronx yang sekarang tinggal di Jerusalem, merancang lift yang bisa mengakses apartemennya di lantai dua pada hari Sabbat dan tidak akan berhenti menggunakan lift meskipun ada fatwa tersebut. "Lift saya halal," katanya. Dia menambahkan, "Suami saya dan saya punya kesulitan dengan tangga, jadi kami butuh lift. Cucunya juga menggunakan lift."

Peraturan yang disampaikan bulan lalu itu merupakan yang terakhir dari seri aturan yang dikeluarkan para rabi bagi aturan kehidupan harian orang Yahudi.

Kontroversial

Rabi Yosef Shalom Elyashiv, rabi senior berusia 99 tahun yang menandatangani aturan itu, berada di balik sejumlah keputusan kontroversial sebelumnya. Bulan September, dia menyatakan bahwa orang Yahudi tidak boleh menggunakan sepatu Crocs pada Pesta Yom Kippur, Hari Penebusan Dosa, karena sepatu-sepatu itu dinilai terlalu nyaman jika dipakai pada hari pertobatan tersebut.

Tahun 2004, Elyashiv juga melarang para perempuan Yahudi menggunakan wig atau rambut palsu buatan Indian karena rambut palsu itu mungkin saja pernah dipakai pada seremoni penyembahan berhala, yang dilarang berdasarkan hukum Yahudi. Wanita Yahudi menutup kepala mereka dengan wig atau pakaian sebagai tanda kerendahan hati.

Satu dekade lalu, perdebatan tentang memberi salam dengan bersentuhan hidung akhirnya diputuskan oleh seorang rabi berpengaruh bahwa hal itu diizinkan. Namun, hal itu sampai sekarang masih didiskusikan karena rambut hidung bisa saja copot atau jatuh dalam proses itu. Padahal, memotong rambut pada hari Sabbat dilarang.

Lift menjadi salah satu peralatan listrik yang selama ini oleh para rabi masih diizinkan penggunaannya. Keluarga Yahudi religius dapat menggunakan pengatur waktu untuk penerangan mereka dan hot plate khusus untuk memanaskan makanan sejauh hot plate itu tidak dihidupkan atau dimatikan selama hari Sabbat.

Katering rumah sakit dan hotel-hotel untuk orang Yahudi ortodoks juga harus menyikapi fatwa tentang lift itu. Namun, Hotel David Citadel di Jerusalem mengatakan, pihaknya menyerahkan keputusan kepada para pengunjung terhadap penggunaan satu dari empat lift khusus hari Sabbat. Namun, pihak hotel mengharapkan tamu-tamu Yahudi ortodoks untuk memesan kamar di lantai-lantai yang lebih rendah.

Rumah sakit 10 lantai Shaare Zedek di Jerusalem menyatakan tidak ada arahan khusus terkait fatwa itu dan akan terus menggunakan lift hari Sabbatnya seperti biasa.

Para penentang penggunaan lift mengatakan, kaum Yahudi harus mengubah kebiasaan mereka.

"Saya pikir orang paham bahwa tidak ada yang berubah secara teknologi," kata Rabi Israel Rozen, Kepala Zomet Institute, yang khusus menangani peralatan listrik yang pantas untuk hari Sabbat. Dia mendukung penggunakan lift khusus hari Sabbat. "Namun, jika orang memutuskan bahwa mereka ingin menapaki tangga hingga lantai 10, maka itu pilihan mereka." [ kompas.com ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar