Perang Salib Mulai Mengglobal?

Perang Salib Mulai Mengglobal? - seorang pejabat pemerintah Italia secara tegas dan nyata mengajukan usul untuk menambah gambar salib di bendera nasional Italia guna mempertahankan “identitas Kekristenan” Eropa melawan Islam. Ide ini muncul hanya berselang dua hari setelah Swiss melarang pembangunan menara masjid.

Berada di urutan kedua setelah agama Kristen, ternyata tidak lantas menjadikan Islam bisa diterima oleh mayoritas masyarakat Swiss. Berbagai isu seputar kampanye anti-Islam di negara Eropa Tengah tersebut akhir-akhir ini memang kerap menghiasi pemberitaan di sejumlah media-media internasional, terutama yang berasal dari negara Muslim. Bahkan, yang terbaru, umat Islam di Swiss mengalami kesulitan saat harus membangun masjid, karena menaranya dianggap bertentangan dengan simbol demokrasi ala Barat.

Ketakutan Eropa terhadap Islam bukanlah isapan jempol belaka. Tindakan-tindakan nyata yang dilakukan warga Eropa merupakan wujud representasi ketakutan mereka terhadap Islam. Marwa el Sherbini merupakan contoh nyata dan paling terkini. Ia menjadi pahlawan dan martir Islam atas keistiqomahannya mempertahankan jilbab sebelum syahidah ditikam seorang warga Jerman keturunan Rusia di pengadilan.

Sherbini ditikam 18 kali hingga meninggal, saat dia bersiap memberikan kesaksian penyerangan atas dirinya di sebuah pengadilan di Dresden, Jerman. Suaminya, Elwi Ali Okaz, yang mencoba melindunginya mengalami cedera serius.

Prancis yang menjunjung semboyan Libertie, Egalite, dan Fraternity pun justru menjadi negara terdepan yang membuat aturan penolakan terhadap jilbab dan cadar.

Di Swiss, berada di urutan kedua setelah agama Kristen, ternyata tidak lantas menjadikan Islam bisa diterima oleh mayoritas masyarakat Swiss. Berbagai isu seputar kampanye anti-Islam di negara Eropa Tengah tersebut akhir-akhir ini memang kerap menghiasi pemberitaan di sejumlah media-media internasional, terutama yang berasal dari negara Muslim. Terakhir, umat Islam di Swiss mengalami kesulitan saat harus membangun masjid, karena menaranya dianggap bertentangan dengan simbol demokrasi ala Barat.

Padahal, keberadaan Islam di wilayah Swiss sudah terlacak sekitar abad 9-10 Masehi. Ajaran Islam ketika itu dibawa oleh Saracen, yakni sekelompok penjelajah Muslim pada masa itu. Asal-usul dan tujuan awal dari kelompok ini masih menjadi misteri, namun mereka bergerak dari basis di Provence, sebelah selatan Prancis yang menuju utara Italia. Di sebelah timur mereka menjelajah hingga Chur dan hampir mencapai Saint Gallen sebelum kemudian kembali ke wilayah Barat.

Penolakan terhadap simbol-simbol komunitas Muslim juga pernah terjadi pada 2007 silam. Saat itu dewan Kota Bern menolak rencana untuk membangun salah satu Islamic Center terbesar di Eropa. Bahkan, Partai Rakyat Swiss (SVP) dan the Federal Democratic Union mengumpulkan tanda tangan guna mendukung pelarangan pembangunan pusat kebudayaan Islam ini.

Partai Rakyat Swiss (SVP) juga akan berusaha untuk melarang burqa (pakaian longgar yang menutupi seluruh tubuh dan wajah--red), bangunan makam Muslim, dan pembebasan siswa Muslim untuk ikut belajar berenang yang campur dengan laki-laki dan perempuan. ''Perkawinan paksa, khitan perempuan, dispensasi khusus dari pelajaran berenang, dan burqa berada di daftar puncak,'' tegasnya.

Pemimpin SVP, Toni Brunner, juga mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk melarang jilbab, yang dalam Islam merupakan pakaian wajib untuk perempuan, di tempat kerja. Pemerintah Swiss pada Oktober lalu telah mengumumkan rencana memperketat hukum untuk menindak perkawinan paksa. Sementara Partai Demokratik Kristen telah mendorong untuk sebuah larangan burqa.

Oleh karenanya, wajarlah jika seorang anggota pejabat pemerintahan Italia ikut-ikutan mengusulkan sebuah upaya penghambatan Islam dengan usul penambahan gambar salib pada bendera Italia.

“Sayangnya, kita menghadapi serangan kuat terhadap identitas kita dari agama yang tidak toleran seperti Islam,” ujar Roberto Castelli, deputi menteri infrastruktur dan transportasi, seperti dilaporkan oleh kantor berita AKI Selasa (1/12/09).

Castelli, anggota Liga Utara dari sayap kanan, menginginkan penambahan gambar salib pada bendera Italia. “Saya harap partai di mana saya menjadi anggota bersedia mempertimbangkan usulan ini.”

Bendera Italia terdiri dari tiga warnanya, hijau, putih, dan merah. Warna hijau mewakili dataran dan perbukitan Swiss, putih mewakili pegunungan Alpen dengan puncaknya yang diselimuti salju, dan merah mewakili pertumpahan darah dalam perang kemerdekaan.

Liga Utara telah dituduh bersikap rasis dengan banyak kritik yang menyebutnya sebagai BNP dari Italia, merujuk pada partai sayap kanan Inggris. Menggambarkan dirinya sebagai pembela akar Kristiani Italia, partai itu memulai misinya dalam pemerintahan Berlusconi di bulan Mei 2008.

Tahun lalu, Liga ini merayakan keberhasilan kampanyenya menghentikan pembangunan sebuah Masjid di kota Bologna. Anggota parlemen Mario Borghezio tahun lalu menerobos masuk ke dalam sebuah gereja di kota Genoa dan meneriakkan pernyataan anti-Islam.

Namun, usul Castelli itu mendapat tentangan dari anggota legislatif Italia. Juru bicara parlemen, Gianfranco Fini, dari partai PDL menyebut usul itu bersifat mengganggu dan menghasut.

Angelo Bonelli, pemimpin partai Federasi Hijau, juga mengkritik usulan tersebut. “Castelli ingin meletakkan salib di bendera? Lalu kapan kita akan memulai perang salib untuk membebaskan tanah suci?” ujar Bonelli dengan nada sinis.

Identitas Kristen

Castelli mengklaim bahwa salib adalah bagian dari "identitas Eropa yang sebenarnya". Menurutnya, penambahan salib pada bendera Italia akan menegaskan kembali identitas Kristen.

"Eropa memiliki hak untuk menjaga identitasnya sendiri, menghormati akar orang lain, namun penting untuk kembali ke akar kita," ujar dia.

“Saya yakin Eropa memiliki hak untuk mengakui identitas sebenarnya yang hampir punah,” imbuh dia.

Usulan dari duputi menteri sayap kanan itu mendapat dukungan dari Menlu Italia, Franco Frattini. “Sembilan negara Eropa telah memiliki gambar salib di benderanya, ini adalah sebuah usul yang umum,” ujar Frattini.

Awal bulan lalu, Pengadilan HAM Eropa melarang salib di sekolah-sekolah Italia. Pengadilan mengatakan bahwa salib di dalam sekolah melanggar hak orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan keyakinan mereka dan hak anak-anak akan kebebasan beragama.

Akankah Perang Salib akan segera mengglobal atau justru cahaya Islam semakin bersinar terang dari arah Barat di tengah himpitan orang-orang kafir Eropa? Wallahu a'lam. ( muslimdaily.net )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar