Masyarakat Harus Mendesak KPK Agar Memeriksa Presiden SBY - Dua minggu terakhir ini bangsa Indonesia dibuat pusing Tujuh Keliling diajak elite politik mengikuti geger isu rencana perombakan atau reshuffle Kabinet SBY Jilid II ditingkah dengan perdebatan rencana penghapusan subsidi BBM… Rakyat hampir tiap jam mengikuti perdebatan itu melalui tayangan TV yang kini bisa diikuti seluruh rakyat Indonesia secara bersamaan baik yang tinggal di ibukota Jakarta, sampai Merauke hingga ke pedalaman Aceh. Usul kenaikan BBM Premium Rp 500 atau penerapan pembatasan BBM bersubsidi---maknanya rakyat dipaksa membeli Pertamax yang harganya dua kali lipat premium---ujungnya, rencana ini dibatalkan, menyusul penolakan DPR melalui Fraksi PKS dan PDIP. Isu Resuffle pun dikabarkan dibatalkan pula. Apa pasal?
Menurut Prof. Tjipta Lesmana, dirinya tetap yakin perombakan kabinet tetap akan dilaksanakan, alasannya pernyataan presiden SBY sendiri sudah mengisyaratkan dengan jelas. Hanya kata Tjipta muncul rumors yang membuat SBY menjadi ragu-ragu, yakni ancaman dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) jika kader PKS yang duduk di kabinet digeser, maka PKS akan mengambil posisi sebagai kelompok oposisi radikal dan bergabung bersama-sama ormas-ormas Islam militan untuk menggulirkan revolusi ala Tunisia, Mesir dan Timur Tengah yang kini tengah melanda negeri-negeri Islam itu. Rupanya SBY mempercayai rumors itu, kata Tjipta. Pemerintah melalui Mensesneg Sudi Silalahi pun mengumumkan kepastian tidak dilakukannya perombakan anggota kabinet dalam waktu dekat.
Gerindra yang disebut-sebut akan masuk ke “pelukan” SBY dengan dijanjikan---konon---menteri pertanian dan Menteri BUMN, makin dijadikan sasaran olok-olok politik yang amat tidak sedap. Gerindra dianggap “kecelik”, salah duga dan terkecoh. Padahal sikap fraksi Gerindra di DPR yang mendukung Demokrat untuk mengganjal Angket Pajak, diyakini banyak pihak akan berbuah manis, segera menaikkan Prabowo Subianto ke jajaran Kabinetnya SBY. Dalih Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, dan Wakil Ketum Gerindra Fadli Zon yang berliku-liku ihwal Reshuffle ini, tak mengubah anggapan banyak pihak bahwa Gerindra telah terkecoh walau telah menjual prinsip dasar Gerindra hendak menghadang ekonomi liberal-kapitalistik yang dijalankan pemerintahan SBY, kini dengan suka-rela malah hendak menggabungkan diri bersama SBY asal diberi jatah kursi kabinet. Koran Rakyat Merdeka menulis besar : Gerindra ternyata Haus Kekuasaan Juga!
Perdebatan Reshuffle di TV yang menampilkan sejumlah politisi terkait baik dari Gerindra, Golkar dan Demokrat serta PKS, diikuti secara sinis oleh rakyat terbukti ketika dibuka komentar terbuka via telepon. Apalagi perdebatan itu diselingi saling sindir antar politisi sesekali menyelipkan humor tidak lucu malah “cengengesan”, yang tentu saja tidak terkait dengan perbaikan nasib rakyat Indonesia. Lain halnya soal pembatalan kenaikan dan pembatasan BBM disambut lega rakyat luas. Berita kelangkaan BBM di Sumatera dan Kalimantan segera berakhir, yang mengisyaratkan kelangkaan BBM ini memang sebuah skenario menyongsong program pembatasan dan kenaikan harga BBM.
Pukulan Dahsyat WikiLeaks
Muncul isu lanjutan, bahwa heboh Resuffle Kabinet sebenarnya dimaksudkan untuk mengalihkan konsentrasi kaum oposisi yang belakangan gencar mencari simpati untuk menjatuhkan rejim SBY. Isu Resuffle berhasil meredam konsentrasi itu. Tapi, tiba-tiba bersamaan kunjungan Wapres Boediono ke Australia, hari itu, Jum’at 11 Maret 2011, dua koran Australia : The Age dan The Sydney Morning Herald melansir berita menghebohkan yang berasal dari kawat-kawat diplomatik Kedubes AS di Jakarta ke Washington dan berhasil “diunduh” WikiLeaks” dan diberikan ke dua koran Australia. Beberapa judul berita di Koran-koran itu, kabarnya membuat SBY terpukul telak, dan membuat isterinya Kristiani Herawati, menangis karena juga disebut-sebut dalam berita itu sebagai telah memperkaya diri keluarganya.
Setidak-tidaknya ada tiga judul berita yang dimuat dan langsung menyerang pribadi dan karakter presiden SBY dan keluarganya, yaitu : The Age menulis : Yudhoyono ‘abused power’ dan rubrik Focus : Bambang thank-you ma’am. Sedangkan Sydney Morning Herald menulis : Coruption allegations against Yudhoyono... Inti pemberitaan koran-koran Australia itu menyebutkan keterlibatan Presiden SBY dalam korupsi besar-besaran dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga menghantam citra SBY sebagai politikus bersih dan reformis. SBY secara pribadi disebut mengintervensi dan mempengaruhi jaksa dan hakim untuk melindungi tokoh politik korup. Yakni dugaan korupsi yang dilakukan Taufiq Kiemas, antara lain proyek JORR senilai US$ 2,3 milyar, Proyek Rel Ganda Merak-Banyuwangi senilai US$ 2,4 milyar, Proyek Trans Kalimantan senilai US$ 2,3 milyar, dan proyek Trans Papua senilai US$ 1,7 milyar.
Nama lain yang disebut dalam pemberitaan yang sangat sensasional itu antara lain Jusuf Kalla atau JK disebut menyuap anggota Golkar untuk memenangkan pemilihan Ketum Golkar. Yusril disebut saat bertugas rahasia ke Singapura justru dimata-matai Kepala BIN Syamsir Siregar. Wiranto pun kebagian diintip intelijen atas perintah SBY. Dan Nyonya Kristiani Herawati disebut sebagai anggota kabinet dan penasihat top presiden yang tidak terbantahkan, juga disebut-sebut memperkaya keluarga besarnya.
Reaksi SBY dan jajaran pembantunya sungguh kalang-kabut. Seusai dirapatkan Jum’at siang itu juga sejumlah pembantu presiden secara ‘Spartan’ membela SBY dan sebaliknya menyerang dua koran Australia itu, antara lain. Staf Khusus Presiden Bidang Politik Daniel Sparinga, Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Deny Indrayana, Menkominfo Tifatul Sembiring, Menseneg Sudi Silalahi, Menlu Marty Natalegawa, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Wapres Boediono yang justru tengah berkunjung ke Australia. Pembelaan yang habis-habisan dari pihak SBY ini menurut Tajuk Rencana Media Indonesia justru menimbulkan tanda-tanya. Jika pihak SBY merasa benar tentu tidak perlu merespons berlebihan malah disebut dilakukan para ‘pendekar mabuk’. Hal ini menurut koran milik Surya Paloh itu mengindikasikan tidak siapnya kalangan Istana oleh iklim pers yang bebas saat ini.
Sejumlah tokoh yang disebut-sebut dalam pemberitaan itu seperti Wiranto berkomentar, berita itu harus dibantah SBY langsung, jika tidak akan dianggap sebagai kebenaran. Bantahan itu pun harus masuk akal. Jika berita itu ternyata benar, tentu sangat menyedihkan. Sementara Yusril Ihza Mahendra bekas menteri SBY, langsung mengontak Syamsir Siregar yang hanya menjawab sambil tertawa tidak jelas apakah membenarkan atau menolak. Yusril mengaku dirinya terus-menerus dipojokkan dan dicari kesalahan yang tidak dibuatnya. JK lain lagi komentarnya. Ia mengakui membagi-bagi duit ke masing-masing cabang Golkar tapi jumlahnya hanya sepersepuluh, kira-kira Rp 600 M, dari yang disebutkan WikiLeaks. Syafii Maarif juga dikutip pendapatnya oleh Media Indonesia, ”Saya baru baca selintas kalau sampai di sini saja itu benar, kacaulah pemerintah ini”, ujarnya sinis.
Tak pelak hari-hari ini SBY mengidap haru-biru perasaannya. Bantahan para pembantunya itu dipastikan tidak mudah begitu saja dipercaya oleh rakyat yang mendengarkan. Selama ini sudah sering muncul pemberitaan ihwal akrabnya Taufiq Kiemas dengan SBY sehingga mengantarkan suami Megawati itu menduduki kursi MPR. Hal ini pun tidak disukai Megawati. Apalagi kabarnya, belakangan malah Kiemas justru memprakarsai putrinya Puan untuk masuk ke kabinet SBY dan sangat ditentang Mega habis-habisan, seraya mengancam telak, jika memaksa masuk kabinet silakan keluar dari partai.
Bukan mustahil hari-hari mendatang banyak demo yang mendesak agar KPK memeriksa presiden SBY. Mungkinkah? Penulis yang sempat bertemu penasihat KPK Ir. Abdullah Hehamahua, sempat berbincang kemungkinan seperti ini : KPK terus didesak oleh masyarakat agar memeriksa presiden SBY berkaitan kebenaran dokumen WikiLeaks itu. Jika hal itu terjadi Haru-Biru SBY menjadi berkepanjangan. Wallahu a’lam bishawab! ( suara-islam.com )
Menurut Prof. Tjipta Lesmana, dirinya tetap yakin perombakan kabinet tetap akan dilaksanakan, alasannya pernyataan presiden SBY sendiri sudah mengisyaratkan dengan jelas. Hanya kata Tjipta muncul rumors yang membuat SBY menjadi ragu-ragu, yakni ancaman dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) jika kader PKS yang duduk di kabinet digeser, maka PKS akan mengambil posisi sebagai kelompok oposisi radikal dan bergabung bersama-sama ormas-ormas Islam militan untuk menggulirkan revolusi ala Tunisia, Mesir dan Timur Tengah yang kini tengah melanda negeri-negeri Islam itu. Rupanya SBY mempercayai rumors itu, kata Tjipta. Pemerintah melalui Mensesneg Sudi Silalahi pun mengumumkan kepastian tidak dilakukannya perombakan anggota kabinet dalam waktu dekat.
Gerindra yang disebut-sebut akan masuk ke “pelukan” SBY dengan dijanjikan---konon---menteri pertanian dan Menteri BUMN, makin dijadikan sasaran olok-olok politik yang amat tidak sedap. Gerindra dianggap “kecelik”, salah duga dan terkecoh. Padahal sikap fraksi Gerindra di DPR yang mendukung Demokrat untuk mengganjal Angket Pajak, diyakini banyak pihak akan berbuah manis, segera menaikkan Prabowo Subianto ke jajaran Kabinetnya SBY. Dalih Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, dan Wakil Ketum Gerindra Fadli Zon yang berliku-liku ihwal Reshuffle ini, tak mengubah anggapan banyak pihak bahwa Gerindra telah terkecoh walau telah menjual prinsip dasar Gerindra hendak menghadang ekonomi liberal-kapitalistik yang dijalankan pemerintahan SBY, kini dengan suka-rela malah hendak menggabungkan diri bersama SBY asal diberi jatah kursi kabinet. Koran Rakyat Merdeka menulis besar : Gerindra ternyata Haus Kekuasaan Juga!
Perdebatan Reshuffle di TV yang menampilkan sejumlah politisi terkait baik dari Gerindra, Golkar dan Demokrat serta PKS, diikuti secara sinis oleh rakyat terbukti ketika dibuka komentar terbuka via telepon. Apalagi perdebatan itu diselingi saling sindir antar politisi sesekali menyelipkan humor tidak lucu malah “cengengesan”, yang tentu saja tidak terkait dengan perbaikan nasib rakyat Indonesia. Lain halnya soal pembatalan kenaikan dan pembatasan BBM disambut lega rakyat luas. Berita kelangkaan BBM di Sumatera dan Kalimantan segera berakhir, yang mengisyaratkan kelangkaan BBM ini memang sebuah skenario menyongsong program pembatasan dan kenaikan harga BBM.
Pukulan Dahsyat WikiLeaks
Muncul isu lanjutan, bahwa heboh Resuffle Kabinet sebenarnya dimaksudkan untuk mengalihkan konsentrasi kaum oposisi yang belakangan gencar mencari simpati untuk menjatuhkan rejim SBY. Isu Resuffle berhasil meredam konsentrasi itu. Tapi, tiba-tiba bersamaan kunjungan Wapres Boediono ke Australia, hari itu, Jum’at 11 Maret 2011, dua koran Australia : The Age dan The Sydney Morning Herald melansir berita menghebohkan yang berasal dari kawat-kawat diplomatik Kedubes AS di Jakarta ke Washington dan berhasil “diunduh” WikiLeaks” dan diberikan ke dua koran Australia. Beberapa judul berita di Koran-koran itu, kabarnya membuat SBY terpukul telak, dan membuat isterinya Kristiani Herawati, menangis karena juga disebut-sebut dalam berita itu sebagai telah memperkaya diri keluarganya.
Setidak-tidaknya ada tiga judul berita yang dimuat dan langsung menyerang pribadi dan karakter presiden SBY dan keluarganya, yaitu : The Age menulis : Yudhoyono ‘abused power’ dan rubrik Focus : Bambang thank-you ma’am. Sedangkan Sydney Morning Herald menulis : Coruption allegations against Yudhoyono... Inti pemberitaan koran-koran Australia itu menyebutkan keterlibatan Presiden SBY dalam korupsi besar-besaran dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga menghantam citra SBY sebagai politikus bersih dan reformis. SBY secara pribadi disebut mengintervensi dan mempengaruhi jaksa dan hakim untuk melindungi tokoh politik korup. Yakni dugaan korupsi yang dilakukan Taufiq Kiemas, antara lain proyek JORR senilai US$ 2,3 milyar, Proyek Rel Ganda Merak-Banyuwangi senilai US$ 2,4 milyar, Proyek Trans Kalimantan senilai US$ 2,3 milyar, dan proyek Trans Papua senilai US$ 1,7 milyar.
Nama lain yang disebut dalam pemberitaan yang sangat sensasional itu antara lain Jusuf Kalla atau JK disebut menyuap anggota Golkar untuk memenangkan pemilihan Ketum Golkar. Yusril disebut saat bertugas rahasia ke Singapura justru dimata-matai Kepala BIN Syamsir Siregar. Wiranto pun kebagian diintip intelijen atas perintah SBY. Dan Nyonya Kristiani Herawati disebut sebagai anggota kabinet dan penasihat top presiden yang tidak terbantahkan, juga disebut-sebut memperkaya keluarga besarnya.
Reaksi SBY dan jajaran pembantunya sungguh kalang-kabut. Seusai dirapatkan Jum’at siang itu juga sejumlah pembantu presiden secara ‘Spartan’ membela SBY dan sebaliknya menyerang dua koran Australia itu, antara lain. Staf Khusus Presiden Bidang Politik Daniel Sparinga, Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Deny Indrayana, Menkominfo Tifatul Sembiring, Menseneg Sudi Silalahi, Menlu Marty Natalegawa, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Wapres Boediono yang justru tengah berkunjung ke Australia. Pembelaan yang habis-habisan dari pihak SBY ini menurut Tajuk Rencana Media Indonesia justru menimbulkan tanda-tanya. Jika pihak SBY merasa benar tentu tidak perlu merespons berlebihan malah disebut dilakukan para ‘pendekar mabuk’. Hal ini menurut koran milik Surya Paloh itu mengindikasikan tidak siapnya kalangan Istana oleh iklim pers yang bebas saat ini.
Sejumlah tokoh yang disebut-sebut dalam pemberitaan itu seperti Wiranto berkomentar, berita itu harus dibantah SBY langsung, jika tidak akan dianggap sebagai kebenaran. Bantahan itu pun harus masuk akal. Jika berita itu ternyata benar, tentu sangat menyedihkan. Sementara Yusril Ihza Mahendra bekas menteri SBY, langsung mengontak Syamsir Siregar yang hanya menjawab sambil tertawa tidak jelas apakah membenarkan atau menolak. Yusril mengaku dirinya terus-menerus dipojokkan dan dicari kesalahan yang tidak dibuatnya. JK lain lagi komentarnya. Ia mengakui membagi-bagi duit ke masing-masing cabang Golkar tapi jumlahnya hanya sepersepuluh, kira-kira Rp 600 M, dari yang disebutkan WikiLeaks. Syafii Maarif juga dikutip pendapatnya oleh Media Indonesia, ”Saya baru baca selintas kalau sampai di sini saja itu benar, kacaulah pemerintah ini”, ujarnya sinis.
Tak pelak hari-hari ini SBY mengidap haru-biru perasaannya. Bantahan para pembantunya itu dipastikan tidak mudah begitu saja dipercaya oleh rakyat yang mendengarkan. Selama ini sudah sering muncul pemberitaan ihwal akrabnya Taufiq Kiemas dengan SBY sehingga mengantarkan suami Megawati itu menduduki kursi MPR. Hal ini pun tidak disukai Megawati. Apalagi kabarnya, belakangan malah Kiemas justru memprakarsai putrinya Puan untuk masuk ke kabinet SBY dan sangat ditentang Mega habis-habisan, seraya mengancam telak, jika memaksa masuk kabinet silakan keluar dari partai.
Bukan mustahil hari-hari mendatang banyak demo yang mendesak agar KPK memeriksa presiden SBY. Mungkinkah? Penulis yang sempat bertemu penasihat KPK Ir. Abdullah Hehamahua, sempat berbincang kemungkinan seperti ini : KPK terus didesak oleh masyarakat agar memeriksa presiden SBY berkaitan kebenaran dokumen WikiLeaks itu. Jika hal itu terjadi Haru-Biru SBY menjadi berkepanjangan. Wallahu a’lam bishawab! ( suara-islam.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar