Islam Bukan Teroris - Negara Harus Bertanggung Jawab ... !!! - Bom buku yang sampai sekarang masih menjadi misteri siapa aktor dan pelakunya dan kasus penculikan seorang muslimah oleh wanita bercadar yang tak jelas motif dan tujuannya kecuali untuk mendiskretkan muslimah yang istiqomah bercadar, sudah ditambah lagi dengan kasus baru, sebuah bom meledak di masjid Mapolres Cirebon. Bom meledak saat hendak dimulai sholat jumat dan kita bisa menebak arahnya, kembali umat Islam jadi sasaran.
Bom yang mengakibatkan satu orang tewas yang diidentifikasi sebagai pelaku dan 25 anggota kepolisian luka-luka termasuk Kapolres Cirebon menyisakan kembali berbagai pertanyaan yang tak terjawab sejak bom buku meledak di kantor JIL, utan kayu. Pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah terjawab bahkan tidak ada kabarnya lagi, semua menguap tapi masih menyisakan bekas dihati semua orang, bahwa pelaku semua kekacauan yang terjadi di Indonesia dari kalangan umat Islam.
Seharusnya aparat, pemerintah dan media tidak terburu-buru untuk mengeluarkan analisa atau wacana bahwa pelakunya dari kalangan Islam. Hal ini akan menyesatkan masyarakat Indonesia dan menciptakan rasa curiga dan ketidak percayaan antar masyarakat yang memicu konflik horizontal. Stigma buruk dan pelabelan Islam sebagai dalang teroris sebenarnya sudah tidak layak untuk dijual dan dijadikan dagangan untuk proyek yang lebih besar yaitu mengebiri sikap kritis anak bangsa yang menginginkan perbaikan.
Tangkap dulu dan dimintai keterangan agar jelas duduk permasalahannya, apa maunya dan kenapa melakukan hal tersebut, ini pelaku belum ditangkap semuanya bersuara seperti paduan suara dan diekploitasi bahwa para pelaku teroris dari umat Islam. padahal terorisme bukan hanya milik satu ideologi atau suatu agama namun semua orang mempunyai bibit untuk melakukan tindakan teror. Hanya faktor kebetulsan bila ternyata pelakunya adalah seorang muslim.
Sebagai contoh tindakan terorisme yang dilakukan oleh warga kristiani terhadap muslim medan dengan membakar lima masjid. Namun karena pelakunya bukan umat Islam maka tidak ada yang menuduh teroris dan ironisnya tak satupun orang maupun media yang menjunjung hak asasi manusia, kebebasan dan persamaan mengutuknya minimal memberi kecaman dan perhatian atas tindakan yang menyakiti hati umat Islam. Mereka diam seribu bahasa seolah-olah tidak pernah ada manusia yang teraniaya harta, psikologi dan agamanya.
Inikah yang disebut keadilan, keadilan yang berstandar ganda. Bila umat Islam yang yang melakukan tindakan anarkis maka serentak seluruh suara-suara pengasong liberalisme menuduh Islam sebagai teroris, namun bila orang-orang non-muslim yang melakukan tindakan teror dan aksi-aksi keji, pembangunan gereja liar maka disebut orang yang sedang meminta hak-haknya yang dirampas negara. Angkah lucunya neger ini yang sangat diskriminatif terhadap mayoritas.
Negara Harus Bertanggung Jawab
Seharusnya bila Indonesia memang sebuah negara yang mempunyai perangkat-perangkat dan pelaksana roda pemerintahan yang menjamin keberlangsungan hidup rakyatnya tidak menjadikan elemen bangsa sebagai musuh atau obyek untuk pengalihan isu. Ini tidak akan mendidik anak-anak bangsa untuk menjadi dewasa dalam mengatasi setiap permasalahan dan persolan yang menimpanya. Malah cenderung menambah masalah baru yang tdak akan ada habisnya.
Lambat-laun negara ini akan karam dan musnah bila hanya mengadu domba rakyat versus rakyat dengan menghadirkan hantu yang bernama terorisme. Tidak akan pernah selesai dan hanya menjadi lingkaran setan yang tak ada habisnya.
Kita seharusnya jujur bahwa sistem sekarang tidak pernah satupun menyelesaikan permasalahan yang menimpa negeri. Dari era demokrasi terpimpin ala Sukarno, demokrasi pancasila ala Suharto dan hari ini demokrasi liberal ala koboy Amerika semuanya telah gagal untuk menjadikan negeri ini menuju seperti apa yang dicita-citakanya. Yang terjadi adalah negara ini terjun bebas ke dalam jurang kehancuran.
Hanya Islam yang akan menjawab semua permasalahan negeri ini dengan tuntas. Disana ada perangkat-perangkat untuk melaksanakan roda pemerintahan diatas sebuah wahyu Illahiyah. Hal sudah dibuktikan dan pernah menjadikan hampir separuh bumi menikmati kesejahteraan. Sebuah sistem yang bebas dari campur tangan manusia yang akalnya terjangkau dan penuh kepentingan-kepentingan pribadi.
Namun ironisnya Islam tidak pernah dilirik atau minimal diuji cobakan dalam penyelengaraan negara bahkan aspirasi umat Islam sering diabaikan dan justru dikambing hitamkan sebagai penyebab terjadinya terorisme yang sampai sekarang pelakunya tidak jelas. Bahkan Ustadz Abu Bakar Baasyir yang lantang menyuarakan penerapan Syariat Islam dituduh juga sebagai teroris. padahal tidak ada bukti yang mengindikasikan beliau sebagai pelaku teroris.
Semoga kedepannya masyarakat lebih cerdas dan negara lebih bijaksana dalam mengurus rakyatnya. Daripada bingung hendak memata-matai rakyat dan membungkam aspirasi mereka dengan akan diterapan UU Intelejen yang baru, lebih baik negara mengoreksi kebijakan-kebijakan mereka yang tidak pernah pro rakyat, seperti pembangunan gedung DPR, kasus Bank Century, dan korupsi akut yang menjangkiti seluruh lini pemerintah.
Namun bila negara tidak mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan akan mengakibatkan banyak problematika yang tidak ada habisnya seperti yang dirasakan sekarang. Dan percayalah tidak akan pernah ada sistem yang akan membawa sebuah negeri menjadi adil,makmur dan sejahtera kecuali sistem Islam. Wallahu A’lam ( muslimdaily.net )
Bom yang mengakibatkan satu orang tewas yang diidentifikasi sebagai pelaku dan 25 anggota kepolisian luka-luka termasuk Kapolres Cirebon menyisakan kembali berbagai pertanyaan yang tak terjawab sejak bom buku meledak di kantor JIL, utan kayu. Pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah terjawab bahkan tidak ada kabarnya lagi, semua menguap tapi masih menyisakan bekas dihati semua orang, bahwa pelaku semua kekacauan yang terjadi di Indonesia dari kalangan umat Islam.
Seharusnya aparat, pemerintah dan media tidak terburu-buru untuk mengeluarkan analisa atau wacana bahwa pelakunya dari kalangan Islam. Hal ini akan menyesatkan masyarakat Indonesia dan menciptakan rasa curiga dan ketidak percayaan antar masyarakat yang memicu konflik horizontal. Stigma buruk dan pelabelan Islam sebagai dalang teroris sebenarnya sudah tidak layak untuk dijual dan dijadikan dagangan untuk proyek yang lebih besar yaitu mengebiri sikap kritis anak bangsa yang menginginkan perbaikan.
Tangkap dulu dan dimintai keterangan agar jelas duduk permasalahannya, apa maunya dan kenapa melakukan hal tersebut, ini pelaku belum ditangkap semuanya bersuara seperti paduan suara dan diekploitasi bahwa para pelaku teroris dari umat Islam. padahal terorisme bukan hanya milik satu ideologi atau suatu agama namun semua orang mempunyai bibit untuk melakukan tindakan teror. Hanya faktor kebetulsan bila ternyata pelakunya adalah seorang muslim.
Sebagai contoh tindakan terorisme yang dilakukan oleh warga kristiani terhadap muslim medan dengan membakar lima masjid. Namun karena pelakunya bukan umat Islam maka tidak ada yang menuduh teroris dan ironisnya tak satupun orang maupun media yang menjunjung hak asasi manusia, kebebasan dan persamaan mengutuknya minimal memberi kecaman dan perhatian atas tindakan yang menyakiti hati umat Islam. Mereka diam seribu bahasa seolah-olah tidak pernah ada manusia yang teraniaya harta, psikologi dan agamanya.
Inikah yang disebut keadilan, keadilan yang berstandar ganda. Bila umat Islam yang yang melakukan tindakan anarkis maka serentak seluruh suara-suara pengasong liberalisme menuduh Islam sebagai teroris, namun bila orang-orang non-muslim yang melakukan tindakan teror dan aksi-aksi keji, pembangunan gereja liar maka disebut orang yang sedang meminta hak-haknya yang dirampas negara. Angkah lucunya neger ini yang sangat diskriminatif terhadap mayoritas.
Negara Harus Bertanggung Jawab
Seharusnya bila Indonesia memang sebuah negara yang mempunyai perangkat-perangkat dan pelaksana roda pemerintahan yang menjamin keberlangsungan hidup rakyatnya tidak menjadikan elemen bangsa sebagai musuh atau obyek untuk pengalihan isu. Ini tidak akan mendidik anak-anak bangsa untuk menjadi dewasa dalam mengatasi setiap permasalahan dan persolan yang menimpanya. Malah cenderung menambah masalah baru yang tdak akan ada habisnya.
Lambat-laun negara ini akan karam dan musnah bila hanya mengadu domba rakyat versus rakyat dengan menghadirkan hantu yang bernama terorisme. Tidak akan pernah selesai dan hanya menjadi lingkaran setan yang tak ada habisnya.
Kita seharusnya jujur bahwa sistem sekarang tidak pernah satupun menyelesaikan permasalahan yang menimpa negeri. Dari era demokrasi terpimpin ala Sukarno, demokrasi pancasila ala Suharto dan hari ini demokrasi liberal ala koboy Amerika semuanya telah gagal untuk menjadikan negeri ini menuju seperti apa yang dicita-citakanya. Yang terjadi adalah negara ini terjun bebas ke dalam jurang kehancuran.
Hanya Islam yang akan menjawab semua permasalahan negeri ini dengan tuntas. Disana ada perangkat-perangkat untuk melaksanakan roda pemerintahan diatas sebuah wahyu Illahiyah. Hal sudah dibuktikan dan pernah menjadikan hampir separuh bumi menikmati kesejahteraan. Sebuah sistem yang bebas dari campur tangan manusia yang akalnya terjangkau dan penuh kepentingan-kepentingan pribadi.
Namun ironisnya Islam tidak pernah dilirik atau minimal diuji cobakan dalam penyelengaraan negara bahkan aspirasi umat Islam sering diabaikan dan justru dikambing hitamkan sebagai penyebab terjadinya terorisme yang sampai sekarang pelakunya tidak jelas. Bahkan Ustadz Abu Bakar Baasyir yang lantang menyuarakan penerapan Syariat Islam dituduh juga sebagai teroris. padahal tidak ada bukti yang mengindikasikan beliau sebagai pelaku teroris.
Semoga kedepannya masyarakat lebih cerdas dan negara lebih bijaksana dalam mengurus rakyatnya. Daripada bingung hendak memata-matai rakyat dan membungkam aspirasi mereka dengan akan diterapan UU Intelejen yang baru, lebih baik negara mengoreksi kebijakan-kebijakan mereka yang tidak pernah pro rakyat, seperti pembangunan gedung DPR, kasus Bank Century, dan korupsi akut yang menjangkiti seluruh lini pemerintah.
Namun bila negara tidak mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan akan mengakibatkan banyak problematika yang tidak ada habisnya seperti yang dirasakan sekarang. Dan percayalah tidak akan pernah ada sistem yang akan membawa sebuah negeri menjadi adil,makmur dan sejahtera kecuali sistem Islam. Wallahu A’lam ( muslimdaily.net )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar