Steve Jobs dan Peranannya Dalam Misi Kristenisasi Dunia

Steve Jobs dan Peranannya Dalam Misi Kristenisasi Dunia - Steve Jobs akan diingat untuk banyak hal, termasuk kreatifitasnya yang jenius, inovasi canggih, dan banyaknya kontribusi untuk dunia teknologi, namun akankah dia juga dikenang karena iman Kristianinya?

Niscaya tidak. Orang tahu Jobs adalah seorang Buddhist. Namun, banyak tokoh Kristiani, teolog dan pendeta memuji Jobs untuk peran kritisnya dalam memajukan keinginan Kristus dan Tugas Agung (Great Commission).

Dr. Michael A. Milton, dekan Seminari Reformed Theological (RTS) di Amerika Serikat, dalam pernyataannya Kamis lalu, mengaitkan pendiri Apple itu dengan Tugas Agung.

"Kami di RTS akan mengingat kontribusi [Jobs] dan kontribusi perusahaannya, Apple Computer, yang menjadi kolaborator penting dalam pelaksanaan Tugas Agung dari Yesus Kristus.

"Kedengarannya seperti sekutu yang aneh bukan?" aku Milton.

"Namun ini seperti Tuhan yang membesarkan sebuah Kekaisaran, Kekaisaran Roma, yang menghubungkan kota-kota dan daerah-daerah yang jauh dengan pemerintahan mereka yang efisien, dan melahirkan 'jalan tol super' pada jamannya, dan membolehkan Rasul Paulus dan tak terhitung banyaknya murid Yesus Kristus melewati jalan-jalan tersebut, dan membawa pesan harapan dan kebebasan Kristus sampai ke ujung dunia."



http://graphic.christianpost.co.id/1318252977/200/2607/steve-jobs-dipuji-untuk-pengaruhnya-bagi-kristiani-penginjilan.jpg
Bunga-bunga yang ditaruh untuk memperingati pendiri Apple Steve Jobs, terlihat di luar sebuah toko Apple di Sydney, Australia, 6 Oktober 2011. Pendiri dan mantan CEO Apple, yang dinilai sebagai salah satu CEO Amerika terhebat di jamannya itu, meninggal dunia pada 5 Oktober 2011 pada usia 56, setelah perjuangannya bertahun-tahun melawan kanker dan penyakit lainnya. (Foto: REUTERS/ REUTERS/Daniel Munoz)


"Saya akan mengingat warisan Steve Jobs dalam cara yang mungkin dia tidak pernah kira, sebagai pendiri dari sebuah kerajaan yang menghubungkan dunia sehingga dapat membawa Kristus ke mereka yang tidak pernah mendengar-Nya."

Tanpa menilai, dekan itu juga bersyukur akan Jobs dan keluarganya "kepada Allah yang rahmat dan kasih-Nya lebih besar dan lebih luas daripada yang bisa kita bayangkan."

"Sesuai kasih karunia Allah, Ia menggunakan inovasi dan kreatifitas pria ini untuk membangun sebuah Jalan Roma yang baru untuk dunia - sebuah jalan yang melalui ekstrimitas dunia yang masih dicengkeram tiran-tiran lalim dan diktator, kemiskinan dan belenggu radikalisme relijius," tambah Milton.

Tokoh Reformed itu mencontohkan iTunes, iPads dan iPhones sebagai alat yang digunakan untuk menyebarkan Injil.

"Di Seminari Reformed Theological, pengajaran di kelas-kelas kami, kuliah yang sama oleh profesor yang sama, dan juga kotbah dan pengajaran dari beberapa pendeta terpenting di generasi kita, diunduh komputer-komputer Mac, dan tentu saja PC, dan juga iPad dan iPhone di seluruh dunia."

Sekitar lima juta sumber-sumber ini, menurut laporan Apple yang diberikan kepada seminari tersebut, berada di "tas-tas buku elektronik" orang percaya, pencari, pendeta dan calon-calon pendeta di seluruh dunia.

Melalui teknologi Apple, Injil telah sampai ke tempat-tempat yang menurutnya paling bermusuhan di penjuru dunia dan juga ke tempat-tempat ideologi yang paling bermusuhan di dunia sekuler Barat.

"Dibalik kreatifitas Steve Jobs adalah Tuhan yang menggunakan segala cara untuk mencapai Kehendak-Nya."

"Jadi saya berterima kasih kepada Tuhan untuk hidup Steve Jobs," kata Milton.

"[Kantor] The Associated Press memberitakan, 'Steve Jobs melihat masa depan dan menuntun dunia kesana.' Mungkin ini secara abadi lebih benar dari apa yang Steve Jobs dapat sadari atau percayai."

Ed Stetzer, presiden dari lembaga LifeWay Research, juga berterimakasih kepada Tuhan atas Jobs, seorang pria yang ia percayai telah mengubah dunia, dan merefleksikan tahun-tahun terakhir Jobs saat kesehatannya terus menurun dalam perjuangannya melawan kanker pankreas.

"Dia lebih dari seorang penemu. Dia juga seorang tokoh publik - dan hanya beberapa orang yang hidup di mata publik seperti Steve," kata Stetzer dalam blognya Rabu lalu.

"Menyaksikan kesehatannya beberapa tahun terakhir mengingatkan kita akan kematian kita sendiri - dan Steve sendiri berpikir bahwa kematian adalah hal yang baik untuk kita pikirkan."

Mengacu pada pidato Jobs di Universitas Stanford pada tahun 2005, saat dia membicarakan perjuangannya dengan kanker, Stetzer memuji perspektif Jobs tentang kematian.

"Kematian mungkin temuan terbaik dari Kehidupan. Itu adalah agen perubah Kehidupan," kata Jobs kepada mahasiswa Stanford. "Kematian menutup jalan yang lama untuk membuka jalan yang baru. Sekarang hal yang baru adalah kalian, namun suatu saat tidak jauh dari sekarang, kalian perlahan-lahan akan menjadi tua dan ditutup. Maaf saya dramatis, tapi ini cukup benar."

Presiden LifeWay ini merasa pidato itu sangat biblikal karena melihat kehidupan yang fana.

"Saya tidak tahu situasi rohani Steve, tapi yang saya tahu bahwa setiap dari kita harus hidup di dalam terang kekekalan. Steve meninggal hari ini. Saya mungkin besok. Semoga saya hidup dalam kenyataan ini - bahwa hidup adalah fana dan hidup abadi adalah karunia bagi semua orang yang hidup baru di dalam Kristus."

Meski nampaknya tidak mungkin Jobs menyadari pengaruhnya untuk dunia Kristiani, rasa terimakasih dan syukur dari umat percaya dari penjuru dunia memberikan kesaksian atas warisannya. ( christianpost.co.id )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar