Katanya Ateis, Kok ke Gereja? – Secara harfiah ateis adalah individu atau kelompok yang tidak percaya terhadap Tuhan. Yang menarik, khususnya di AS, seorang ateis tetap ke gereja kendati hanya sekali dalam setahun. Demikian survei terbaru Institut Riset Ilmu Sosial yang berbasis di Oxford, Inggris.
Survei itu menyebutkan dari 1.700 ilmuwan ateis yang menjadi responden, sebanyak 17 persennya menghadiri layanan gereja sekali dalam setahun. Alasannya, mereka menghadiri layanan gereja untuk memperkenalkan tradisi keagamaan dalam kehidupan anak-anak sebelum mereka memutuskan apakah beragama atau ateis.
Sosiolog Schultz Lee mengatakan, tradisi Kristen di kalangan warga AS begitu kental. Meski sebagian ilmuwan menghujat gereja, namun mereka tidak bisa mengubah tradisi yang mengharuskan orang tua untuk memperkenalkan agama terhadap anak-anak.
"Mereka ateis, tapi mereka berusaha agar anak-anak tidak meninggalkan keraguan dalam perjalanan spiritualnya. Terlepas nantinya mereka akan menjadi ateis pula seperti orang tuanya," kata Lee seperti dikutip thehuffingtonpos, Jum'at (9/12).
Seorang responden, ilmuwan kimia yang dibesarkan dalam keluarga Khatolik, mengatakan ilmu pengetahuan dan agama tidak akan seiring sejalan. Namun, ia ingin memberitahu putrinya soal perbedaan agama dan ilmu pengetahuan dengan terlebih dahulu memperkenalkan agama. "Aku hanya menginginkan putriku tidak harus percaya pada Tuhan," kata dia.
Kepala Tim Riset, Elaine Howard Ecklund, berharap temuan ini akan membantu masyarakat lebih memahami bagaimana kehidupan keluarga dapat berinteraksi dengan agama. "Kami mengharapkan orang tua ateis dapat memperkenalkan agama sedari awal," kata Ecklund. ( republika.co.id )
Survei itu menyebutkan dari 1.700 ilmuwan ateis yang menjadi responden, sebanyak 17 persennya menghadiri layanan gereja sekali dalam setahun. Alasannya, mereka menghadiri layanan gereja untuk memperkenalkan tradisi keagamaan dalam kehidupan anak-anak sebelum mereka memutuskan apakah beragama atau ateis.
Sosiolog Schultz Lee mengatakan, tradisi Kristen di kalangan warga AS begitu kental. Meski sebagian ilmuwan menghujat gereja, namun mereka tidak bisa mengubah tradisi yang mengharuskan orang tua untuk memperkenalkan agama terhadap anak-anak.
"Mereka ateis, tapi mereka berusaha agar anak-anak tidak meninggalkan keraguan dalam perjalanan spiritualnya. Terlepas nantinya mereka akan menjadi ateis pula seperti orang tuanya," kata Lee seperti dikutip thehuffingtonpos, Jum'at (9/12).
Seorang responden, ilmuwan kimia yang dibesarkan dalam keluarga Khatolik, mengatakan ilmu pengetahuan dan agama tidak akan seiring sejalan. Namun, ia ingin memberitahu putrinya soal perbedaan agama dan ilmu pengetahuan dengan terlebih dahulu memperkenalkan agama. "Aku hanya menginginkan putriku tidak harus percaya pada Tuhan," kata dia.
Kepala Tim Riset, Elaine Howard Ecklund, berharap temuan ini akan membantu masyarakat lebih memahami bagaimana kehidupan keluarga dapat berinteraksi dengan agama. "Kami mengharapkan orang tua ateis dapat memperkenalkan agama sedari awal," kata Ecklund. ( republika.co.id )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar