Gereja Mengkristenkan Korban Gempa Sumbar

Gereja Mengkristenkan Korban Gempa Sumbar. Ulama Sumbar, Buya Mas’oed Abidin, mengajak masyarakat mewaspadai “pemurtadan” berkedok bantuan kemanusiaan

Mantan Ketua Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), Buya H. Mas`oed Abidin mengingatkan masyarakat daerah itu, terutama yang terkena bencana gempa bumi, jangan sampai berubah akidah karena berharap bantuan.

Buya Mas`oed Abidin menyatakan itu ketika diminta tanggapannya adanya penyitaan 24 buah Injil, selebaran dan komik anak-anak oleh Polresta Padang Pariaman, Kamis (29/10).

Dia sangat menyayangkan adanya relawan yang berkedok menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk memurtadkan (mengkafirkan) masyarakat yang memeluk Islam.

"Betul sejumlah masyarakat Sumbar pascagempa tengah berada dalam keadaan susah, lapar, dan rumah rusak. Namun, bukan berharap bantuan untuk mengubah akidah (agama) mereka," kata Buya menyesalkan ulah oknum tak bertanggung jawab tersebut.

Jadi, relawan yang ingin merusak akidah masyarakat Minang, kembali sadar dan sebaiknya kembali bawa pulang misi tersebut jauh-jauh.

"Masyarakat korban benar berharap bantuan yang disalurkan dengan ikhlas tanpa ada iming-iming mengkafirkan," katanya.

Ia menambahkan, kalau ada "udang di balik batu", sebaiknya tak salurkan bantuan. Untuk itu, masyarakat Sumbar yang berada di daerah terkena bencana gempa beberapa waktu lalu, diminta tak terpengaruh dengan bantuan yang sampai mengubah akidah.

"Harga Islam bukanlah sebungkus mie instan. Lebih baik masyarakat makan tanah dan berlindung di bawah langit dari pada akidah berubah," katanya mengingatkan masyarakat.

Dugaan kasus pemurtadan di kawasan Patamuan, Padang Alai, Kabupaten Padang Pariaman, tercium pihak Polresta Pariaman. Polresta berhasil menyita 24 buah Injil. Selain itu, juga selebaran dan komik anak-anak dengan judul "Si Bodoh" dan "Bagaimana Caranya Jadi Kaya" diduga disebarkan ke sekolah-sekolah. Ketiga pelaku pemurtadan itu datang memberikan bantuan uang, bagi orang dewasa Rp10 ribu/orang, anak-anak Rp5.000/orang.

Kasat Reskrim Polresta Pariaman, AKP Hendri Yahya, menyebutkan, pelaku, St dan RG berasal dari California, AS, didampingi penerjemah mereka, Doni, dari Jakarta.

"Kita sudah mengkopi paspor dan identitas mereka, kini tengah dilacak organisasi mereka," katanya. Ia menambahkan, pihaknya belum bisa menetapkan tindakan atas kasus tersebut. Bila sudah, Mabes Polri yang akan menangani.

Tindak misionaris itu tercium saat beredarnya video hasil rekaman ponsel berisi ajakan murtad berdurasi 48 detik di Kabupaten Padang Pariaman. [ hidayatullah.com ]

1 komentar:

  1. yah mungkin mereka udah gerah melihat makin banyak teroris..

    BalasHapus