Di IAIN Sunan Ampel, “Nikah Yes! Gay Yes”

Di IAIN Sunan Ampel, “Nikah Yes! Gay Yes” . Menganggap tak adil melihat gay dari satu kaca mata (agama, red) dan menilai, pelaku gay terkadang lebih shaleh dari orang Muslim umumnya


Mahasiswa Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Pemikiran Islam (SPI) IAIN Sunan Ampel Surabaya terbilang kreatif. Untuk melengkapi hasil observasi mata kuliah sosiologi, hari Rabu, (11/9) menggelar seminar bertajuk “Nikah Yes! Gay Yes!” bertempat di Gedung Self Access Centre (SAC) IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Menurut Jauhar Machru, Ketua Panitia Seminar, acara seminar ini dalam rangka tugas observasi sosiologi. Menurutnya, sebenarnya ada tiga tema yang akan diangkat, yakni; Gender, Pekerja Seks Komersil (PSK), dan Gay.

“Namun mahasiswa sepakat untuk mengangkat tema gay dalam acara seminar,” ujar mahasiswa SPI semester tiga, asal Madura ini.

Panitia mengundang Erick Yusufanny seorang pelaku gay dari Gaya Nusantara, Drs. Imam Nakhai. M.Ag Dosen Institute Agama Islam Ibrahimi (IAII) Situbondo dan M Khadafi, dosen Sosiologi IAIN Sunan Ampel, Surabaya.

Dari sekitar 300 tiket yang disediakan, semuanya ludes oleh diborong peserta. Bahkan menurutnya peserta yang mendaftar terus berdatangan ketika acara sedang berlangsung. Tak pelak, banyak yang harus berdiri. Hal itu menandakan tingginya minat para mahasiswa terhadap tema yang diangkat. Peserta yang hadir mayoritas dari mahasiswa IAIN sendiri dan sejumlah organisasi kemahasiswaan.

Dalam kesempatan itu, Erick Yusufanny menjelaskan jika dirinya menjadi gay karena fakktor naluriah semata. Dan menurutnya itu adalah anugerah.

“Saya dilahirkan sebagai lelaki, punya jenggot, kumis dan penis. Dan saya tidak akan mengubah itu semua. Ini adalah naluriah dan anugerah,” ungkapnya yang disambut tawa peserta. Ia juga mengatakan, meski dirinya gay, namun tak suka mengganggu orang dan tetap beribadah.

“Saya dalam berhubungan intim harus berdasarkan komitmen, bukan sembarang orang,” tegasnya. Meski seorang gay, dia mengaku jika selama ini kebaradaanya tak mau mengganggu orang lain. Saya juga masih beribadah meski masih sering bolong-bolong,” tambahnya.

Sementara, Imam Nakhai mengatakan hadist yang sering dipakai orang yang mengatakan bahwa jika ada seorang lelaki ‘mendatangi’ lelaki maka dia berzina itu dianggap dhaif. Menurutnya, hadist tersebut tak ada dalam kitab Shahih Bukhori. Sebab, semua hadist yang telah dimasukkan oleh Bukhori dalam kitab tersebut Shahih. Sehingga Nakhai berkesimpulan jika hadist tersebut dhaif. Meski demikian, ia sempat mengutarakan sejumlah hukum para ulama mengenai gay dan liwaht.

“Ada yang mengatakan di-rajam, di-had, ataupun di-ta’zir,” jelasnya.

Nakhai juga sempat menyamakan antara onani dengan liwhat. “Onani dilakukan dengan tangan, sedang gay dengan paha laki-laki, tidak ada bedanya kan,” ujarnya alumnus master Hukum Islam Unisma ini

“Kalau dengan membunuh, rajam, had atau pun di-ta’zir itu tidak adil. Tapi harus sesuai perspektif korban. Dan itu harus sesuai waktu,” ujarnya. Nabi sendiri ujarnya, dalam menghukumi pezinah ataupun pencuri sangat hati-hati. Dibutuhkan riset baik secara ekonomi dan sosial, sehingga tidak sembarangan dalam mengambil hukum.

Sementara, M Khadafi, dosen Sosiologi IAIN Sunan Ampel --yang menurut beberapa panitia merupakan tokoh di balik layar acara ini-- mengatakan, melihat kaum gay harus dari berbagai kaca mata. Melihat dari satu kaca mata (agama, red) hanya menimbulkan ketidakadilan kepada mereka. Dia menilai, kaum gay memiliki sisi-sisi yang bagus, shaleh secara sosial. Keberadaanya tidak mau meresahkan orang apalagi merugikan orang lain. Bahkan terkadang lebih shaleh dalam hal tersebut dari pada Muslim bukan gay. Misalnya upaya mereka membantu melakukan rehabilitasi pengidap HIV/AIDS.

“Dengan demikian, sejatinya mereka sedang memerankan Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, “ ujar alumnus S2 Antropologi Unair ini. [ans/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar