Ketika Tahta Suci Berlumur Dosa

Ketika Tahta Suci Berlumur Dosa. Dalam sejarah Vatikan, baru kali ini seorang Paus menulis surat pastoral untuk meminta maaf kepada jemaatnya terkait skandal seks. "Secara terbuka, saya ungkapkan perasaan malu dan penyesalan mendalam atas apa yang kita semua rasakan." Demikian tulis Paus Benediktus XVI dalam surat pastoral yang ditujukan kepada korban dan keluarganya dalam kasus skandal pedofilia rohaniwan Katolik di Irlandia.




Bisa dibayangkan betapa malunya Sang Paus, harus meminta maaf atas kelakuan bejat para rohaniwan yang dianggap sebagai penghubung umat Katolik dengan tuhannya. Dalam sejarah Vatikan, baru kali ini seorang Paus menulis surat pastoral untuk meminta maaf kepada jemaatnya terkait skandal seks.

Sekitar 15.000 orang Irlandia yang bersekolah dan datang ke lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola gereja ketika mereka masih kanak-kanak, mengaku mengalami pelanggaran seksual oleh para pastor dan guru mereka.

Pemerintah Irlandia telah memberikan kompensasi lebih dari 1 milyar euro kepada para korban. Dan jumlah itu pastinya akan terus bertambah, sebab hampir setiap pekan ada saja korban yang datang mengadu.

Surat Paus kepada umat Katolik Irlandia itu dirilis 19 Maret 2010, memuat 14 poin dan satu bagian penutup berupa doa untuk gereja di Irlandia. Secara garis besar, bagian-bagian dalam surat itu ditujukan kepada para korban dan keluarganya, rohaniwan pelaku pedofilia, para uskup dan rohaniwan Irlandia. Paus juga menyinggung penyebab tragedi itu, serta apa yang seharusnya dilakukan di masa depan.

"Kalian telah menderita dan saya sangat menyesal. Saya tahu, tidak ada yang dapat membatalkan kesalahan yang telah kalian alami. Kepercayaan kalian telah dikhianati dan martabat kalian telah dilanggar," tulis Paus kepada para korban dan keluarga.

"Banyak di antara kalian, ketika berani untuk menceritakan apa yang terjadi atas kalian, tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan."

Pastinya sangat meyeramkan bagi anak-anak yang tinggal di dalam asrama. Setiap hari, selama bertahun-tahun, mereka dihantui perilaku seksual menyimpang dari orang-orang yang dianggap dekat dengan tuhan, yang mengajarkan kitab suci dan moral. Terlebih, rohaniwan dan guru memiliki kekuasaan atas para siswa.

Paus menuding rohaniwan pedofil sebagai pengkhianat. "Kalian mengkhianati kepercayaan yang diberikan oleh anak-anak muda tak berdosa dan keluarganya."

Dia hanya mengecam, menyebut para pedofil pembela Tahta Suci itu sebagai pengkhianat. Tidak ada ada sanksi bagi mereka. Hanya sekedar anjuran bertobat, sebelum nantinya dimintai pertanggungjawaban oleh tuhan.

Sama halnya kepada para uskup. Meskipun sebagian di antara mereka dan para uskup pendahulu dianggap gagal memimpin gereja, Paus masih maklum.

Menurutnya, memang tidak mudah mendapatkan informasi yang bisa diandalkan terkait kasus semacam itu, sebagai bahan untuk mengambil keputusan yang tepat.

Oleh karenanya, Paus meminta agar rohaniwan Irlandia bersabar dengan para pemimpin gereja mereka. Dan dianjurkan untuk bekerja sama dengan pihak-pihak berwenang.

Sebagian orang mungkin bertanya, mengapa rohaniwan yang dianggap wakil tuhan di bumi, bisa berlaku keji.

Dalam suratnya, Paus Benediktus XVI menyinggung penyebab tindak amoral rohaniwan Katolik. "Tentu saja, di antara faktor penyebabnya dapat kita simpulkan: tidak adanya prosedur yang memadai, dalam menentukan calon yang cocok untuk menjalani kepastoran dan kehidupan relijius; kurangnya pembentukan kemanusiaan, moral, intelektual dan spiritual di seminari-semnari dan sekolah calon biarawan/wati; kecenderungan dalam masyarakat untuk memuja rohaniwan dan tokoh berwenang lainnya; menempatkan secara salah kepedulian akan reputasi gereja dan menghindari skandal, sehingga sanksi kanonik yang ada tidak bisa diterapkan, guna menjaga kehormatan setiap orang."

Paus mendorong gereja Irlandia melakukan perbaikan. Dan "agar bisa pulih dari luka ini, pertama-tama gereja di Irlandia harus mengakui di hadapan tuhan dan yang lainnya, atas dosa serius yang telah dilakukan terhadap anak-anak tak berdaya."


http://www.hidayatullah.com/images/stories/protest-pope.jpg


Di luar harapan

Surat pastoral setebal delapan halaman yang khusus menyinggung masalah skandal dan krisis di gereja Irlandia itu menerobos tabu di lingkungan
Vatikan. Selama ini, surat semacam itu dikategorikan sebagai surat rahasia, yang hanya boleh dilihat oleh mata para uskup.

Walaupun Paus menulis surat itu dengan setulus hati, namun banyak pihak--terutama korban dan keluarganya--merasa tidak puas. Banyak hal tidak disinggung dalam surat tersebut.

Paus jelas menyebut skandal di gereja Irlandia sebagai "perbuatan dosa dan kriminal." Tapi tidak menyinggung tentang sanksi bagi para pelakunya. Tidak juga sanksi bagi 28 uskup Irlandia yang memimpin gereja. Dan tidak pula melaporkan mereka kepada polisi.

Dia menyerukan pemulihan, perbaikan, dan pembaruan dalam gereja Irlandia. Tapi resep penyembuhannya, hanyalah lebih banyak berdoa.

Surat permintaan maaf Paus Benediktus XVI itu ditujukan khusus hanya kepada umat Katolik di Irlandia. Padahal, pelanggaran seks yang dilakukan oleh para rohaniwan bertebaran di seluruh dunia.

"Saya menilainya sebagai penipuan, karena kita tahu bahwa ini adalah masalah global dan sistemik yang terjadi di gereja seluruh dunia," kata Colm O'Gorman, salah seorang pendiri perkumpulan para korban, yang ketika remaja juga pernah mengalami pelecehan seksual oleh seorang pastor di Irlandia pada awal tahun 1980-an.

"Ini masalahnya adalah bagaimana melindungi institusi, dan yang paling penting, kekayaannya (gereja)," ujarnya.

"Kontribusi paling besar yang bisa dilakukan oleh Paus adalah menghentikan pelanggaran atas korban. Tapi, ia bahkan tidak melakukannya," imbuh O'Gorman kepada New York Times.

Yang lebih menyedihkan, "Ada kecenderungan kuat untuk menggiring masalah ini hanya sebagai masalah keimanan, padahal masalahnya adalah manajemen gereja dan kurangnya akuntabilitas," kata Terrence Mc Kiernan, pendiri dan Presiden Bishop Accountability yang melacak dan merekam jejak kasus pelanggaran yang dilakukan oleh rohaniwan gereja.

Namun, dalam jumpa pers Sabtu 20/3/2010, jurubicara Vatikan Federico Lombardi membela Paus, dengan mengatakan bahwa surat itu adalah sebuah surat pastoral, bukan dokumen yang merinci tindakan administratif dan judisial atas kasus dimaksud.

Kebijakan untuk menutup rapat perbincangan mengenai peraturan selibasi dan perkara-perkara terkait, sangat memungkinkan borok moral di bawah Tahta Suci Vatikan tidak mudah diungkap dan diketahui umum. Kardinal Sean Brady dari Gereja Irlandia mengaku pernah memaksa dua orang anak korban pedofilia untuk membuat sumpah rahasia, dan bersedia mundur jika Paus memintanya. Tapi kenyataannya, Paus Benediktus XVI tidak menyuruhnya mundur dan tidak menyinggung masalah itu sama sekali. Maka tidak aneh, jika kemudian orang bisa membuat daftar panjang skandal seks rohaniwan yang dilindungi Tahta Suci Vatikan. ( hidayatullah.com )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar