Ada Pesta Seks Di Gereja. Skandal seks kembali mengguncang gereja Katolik. Selibasi menggiring gereja kepada skandal amoral yang ditutupi secara sistematis oleh Tahta Suci selama puluhan tahun.
Manusia diciptakan berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Penciptaan kedua jenis kelamin ini bukan tanpa maksud. Selain untuk menjamin kelanggengan generasi manusia, juga agar saling bisa melengkapi kebutuhan fitrah masing-masing secara baik. Rasa suka seorang laki-laki kepada seorang perempuan adalah fitrah, karena Sang Maha Pencipta membekali mereka dengan rasa kasih dan sayang sejak penciptaannya. Oleh karena manusia adalah makhluk terhormat, maka Sang Pencipta memberikan panduan ilahiyah yang harus ditaati, agar jalinan rasa dan kasih sayang itu tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Laki-laki dan perempuan bagai 2 sisi mata uang. Mustahil salah satunya dihilangkan. Jika ada yang mengatakan hidup tanpa wanita atau hidup tanpa pria, adalah jalan manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, maka patut kita bertanya padanya. Mungkinkah Sang Pencipta yang menciptakan laki-laki dan perempuan serta melengkapinya dengan fitrah, akan menghalangi mereka dari fitrahnya?
Jika ada yang menjawab mungkin, pasti hasilnya adalah kerusakan, kekacauan, dan kehancuran. Kereta api yang seharusnya berjalan di atas rel, memang masih bisa berlari di jalan beraspal. Tapi bukan tujuan yang dicapai, melainkan maut dan kerusakan di mana-mana.
Demikian juga jika sekelompok orang membuat aturannya sendiri, menentang fitrah laki-laki dan perempuan, hidup membujang, menjauhkan diri dari lawan jenis, dan mengklaim selibasi sebagai tuntunan tuhan, maka logika awam mampu menerka, tidak ada manusia normal sanggup melakoninya. Penyimpangan mungkin menjadi jalan alternatif. Meski skandal dan penyimpangan berusaha ditutupi, toh akhirnya tabir teka-teki itu terkuak juga. Bagaimana kalangan gereja menangkis berbagai skandal memalukan ini? ( hidayatullah.com )
Laki-laki dan perempuan bagai 2 sisi mata uang. Mustahil salah satunya dihilangkan. Jika ada yang mengatakan hidup tanpa wanita atau hidup tanpa pria, adalah jalan manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, maka patut kita bertanya padanya. Mungkinkah Sang Pencipta yang menciptakan laki-laki dan perempuan serta melengkapinya dengan fitrah, akan menghalangi mereka dari fitrahnya?
Jika ada yang menjawab mungkin, pasti hasilnya adalah kerusakan, kekacauan, dan kehancuran. Kereta api yang seharusnya berjalan di atas rel, memang masih bisa berlari di jalan beraspal. Tapi bukan tujuan yang dicapai, melainkan maut dan kerusakan di mana-mana.
Demikian juga jika sekelompok orang membuat aturannya sendiri, menentang fitrah laki-laki dan perempuan, hidup membujang, menjauhkan diri dari lawan jenis, dan mengklaim selibasi sebagai tuntunan tuhan, maka logika awam mampu menerka, tidak ada manusia normal sanggup melakoninya. Penyimpangan mungkin menjadi jalan alternatif. Meski skandal dan penyimpangan berusaha ditutupi, toh akhirnya tabir teka-teki itu terkuak juga. Bagaimana kalangan gereja menangkis berbagai skandal memalukan ini? ( hidayatullah.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar