Mengapa Bibel Tak Bisa Dihafal ... ??? - Salah satu faktor yang mengokohkan keislaman H Insan LS Mokoginta (Wencelclaus) setelah meninggalkan Kristen adalah mukjizat Al-Qur'an yang mudah dihafal secara benar dan tepat. Padahal selama menjadi Kristen, muhtadin asal Manado ini belum pernah menjumpai para penginjil, pendeta, pastor dan umat kristiani yang hafal Alkitab (Bibel) dengan benar di luar kepala.
Untuk membagi pengalaman rohaninya, dalam berbagai kesempatan dakwah, Mokoginta tak pernah lupa berbagi ketakjuban terhadap kitab suci Al-Qur'an yang mudah dihafalkan oleh siapapun. Bahkan Mokoginta menuangkan dalam buku “Mustahil Kristen Bisa Menjawab: Berhadiah Mobil BMW.” Dalam buku ini, Mokoginta menggelar kuis terbuka: Jika ada yang hafal ayat Alkitab maka akan diberi hadiah mobil BMW.
Gayung bersambut, akhirnya Pendeta Budi Asali, M.Div merasa tersengat dengan tantangan Mokoginta. Maka beberapa bulan lalu pendeta dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia ini menulis buku tanggapan balik “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab?”
Anehnya, soal tantangan hafal Bibel di luar kepala tersebut, Pendeta Budi sama sekali tidak menjawab dengan pembuktian bahwa ada orang Kristen yang hafal Bibel di luar kepala tanpa kesalahan sedikit pun. Ia malah berkilah:
“Saya bukan Islam, dan tidak pernah menjadi Islam, dan juga tidak terlalu mendalami Islam, sehingga saya tidak terlalu tahu dengan persis apa sebabnya banyak orang Islam menghafal Al-Qur'an. Tetapi mungkin, karena adanya semacam kefanatikan terhadap bahasa Arab… Yang jelas, dalam Kristen tidak ada kefanatikan terhadap bahasa asli, dan juga tidak keharusan menghafal secara persis, dan tak ada pahala apa-apa dalam menghafalkan ayat-ayat Alkitab” (hlm. 212).
Memang Islam dan Kristen berbeda teologis dalam hal bahasa Kitab Suci. Islam sangat menekankan pentingnya bahasa asli Al-Qur'an yaitu bahasa Arab, sementara Kristen mengabaikan bahasa asli Bibel. Tapi tidak benar kesimpulan Pendeta Budi, bahwa perbedaan ini dilatarbelakangi oleh sikap fanatik terhadap bahasa tertentu. Perbedaan Islam dan Kristen dalam hal bahasa kitab suci bisa dijelaskan sbb:
1. Umat Islam membaca Al-Qur'an dalam bahasa Arab bukan karena fanatik, tapi karena Allah SWT mewahyukan Al-Qur'an dalam bahasa Arab (Qs Thaha 113, Az-Zumar 27-28, Az-Zukhruf 3, Ar-Ra’d 37). Sedangkan Alkitab (Bibel) tidak ada jaminan dari Tuhan, dalam bahasa apa kitab ini diinspirasikan.
Islam membedakan antara Al-Qur’an dengan “Terjemah Al-Qur'an” dalam berbagai bahasa. Bila ada kesalahan terjemah Al-Qur'an, bisa dicocokkan dengan nas asli Al-Qur'an dalam Bahasa Arab. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh umat Kristen yang sudah kehilangan bahasa asli Bibel.
2. Membaca Al-Qur’an sangat besar keutamaannya, yaitu dengan reward berupa nilai amal shalih sepuluh kali lipat. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, ia akan diberi imbalan amal shalih, dan satu amal shalih akan mendapat pahala sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR Tirmidzi).
Inilah juga membedakan kitab suci Al-Qur'an dengan buku bacaan lain. Membaca saja sudah berpahala, terlebih lagi jika memahami dan mengamalkannya, tentu lebih banyak lagi pahalanya. Sedangkan membaca Bibel, tidak ada jaminan dari Yesus maupun Tuhan, bahwa membaca satu huruf Bibel mendapat kebaikan.
3. Umat Islam bersemangat untuk menghafal Al-Qur'an juga bukan karena fanatisme Arab, tetapi karena tingginya derajat para huffaz (penghafal) Al-Qur’an, antara lain sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam beberapa hadits: huffaz Al-Qur’an adalah keluarga Allah yang khusus (ahlullah wa khaasshatuh), mereka akan memperoleh kedudukan setinggi (sebanyak) ayat yang dia baca, akan diberi pahala dari setiap huruf yang dibaca sepuluh kebajikan.
Ini bukan berarti Islam mengutamakan pembacaan dan penghafalan lalu melalaikan pemahaman dan pengamalan. Bukankah “menghafal” adalah salah satu bagian daripada proses pemahaman suatu ayat? Sedangkan Bibel, sebagaimana pengakuan Pendeta Budi, sama sekali tidak pernah memberikan reward kepada orang yang menghafal ayat-ayat Bibel.
4. Umat Kristen tidak bisa membaca kitab suci dalam bahasa aslinya, karena naskah asli Alkitab yang disebut “autographa” sudah hancur dimakan umur. Alkitab yang ada saat ini adalah salinan dari salinan-salinan naskah kuno yang disebut “manuscript.” Manuskrip-manuskrip ini pun tidak tahan dimakan usia, karena itu disalin ulang oleh para penyalin sampai sekarang ini terdapat ribuan manuskrip Alkitab. Rev David J Fant dari New York Bible Society, mengakui bahwa naskah asli Alkitab telah hilang: “The question naturally arises, do any of the original manuscripts of the Bible still exist? The answer is No. The original manus¬cripts were on papyrus and other perishable materials and have long since disappeared” (Simple Helps and Visual Aids to Understanding The Bible, hlm. 6).
[Persoalan yang biasanya ditanya, adakah naskah-naskah asli Alkitab masih ada sehingga kini? Jawabannya tidak! Naskah-naskah asli di atas papirus dan bahan-bahan lain yang mudah rusak semuanya telah lama hilang].
Jadi, umat Islam membaca Al-Qur'an dalam nas Arab karena nas inilah yang disebut kitab suci Al-Qur'an yang orsinil sesuai dengan yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan umat Kristen mengabaikan pembacaan dan penghafalan Bibel dalam bahasa asli, karena mereka sudah kehilangan bahasa asli Alkitab. ( suara-islam.com )
Untuk membagi pengalaman rohaninya, dalam berbagai kesempatan dakwah, Mokoginta tak pernah lupa berbagi ketakjuban terhadap kitab suci Al-Qur'an yang mudah dihafalkan oleh siapapun. Bahkan Mokoginta menuangkan dalam buku “Mustahil Kristen Bisa Menjawab: Berhadiah Mobil BMW.” Dalam buku ini, Mokoginta menggelar kuis terbuka: Jika ada yang hafal ayat Alkitab maka akan diberi hadiah mobil BMW.
Gayung bersambut, akhirnya Pendeta Budi Asali, M.Div merasa tersengat dengan tantangan Mokoginta. Maka beberapa bulan lalu pendeta dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia ini menulis buku tanggapan balik “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab?”
Anehnya, soal tantangan hafal Bibel di luar kepala tersebut, Pendeta Budi sama sekali tidak menjawab dengan pembuktian bahwa ada orang Kristen yang hafal Bibel di luar kepala tanpa kesalahan sedikit pun. Ia malah berkilah:
“Saya bukan Islam, dan tidak pernah menjadi Islam, dan juga tidak terlalu mendalami Islam, sehingga saya tidak terlalu tahu dengan persis apa sebabnya banyak orang Islam menghafal Al-Qur'an. Tetapi mungkin, karena adanya semacam kefanatikan terhadap bahasa Arab… Yang jelas, dalam Kristen tidak ada kefanatikan terhadap bahasa asli, dan juga tidak keharusan menghafal secara persis, dan tak ada pahala apa-apa dalam menghafalkan ayat-ayat Alkitab” (hlm. 212).
Memang Islam dan Kristen berbeda teologis dalam hal bahasa Kitab Suci. Islam sangat menekankan pentingnya bahasa asli Al-Qur'an yaitu bahasa Arab, sementara Kristen mengabaikan bahasa asli Bibel. Tapi tidak benar kesimpulan Pendeta Budi, bahwa perbedaan ini dilatarbelakangi oleh sikap fanatik terhadap bahasa tertentu. Perbedaan Islam dan Kristen dalam hal bahasa kitab suci bisa dijelaskan sbb:
1. Umat Islam membaca Al-Qur'an dalam bahasa Arab bukan karena fanatik, tapi karena Allah SWT mewahyukan Al-Qur'an dalam bahasa Arab (Qs Thaha 113, Az-Zumar 27-28, Az-Zukhruf 3, Ar-Ra’d 37). Sedangkan Alkitab (Bibel) tidak ada jaminan dari Tuhan, dalam bahasa apa kitab ini diinspirasikan.
Islam membedakan antara Al-Qur’an dengan “Terjemah Al-Qur'an” dalam berbagai bahasa. Bila ada kesalahan terjemah Al-Qur'an, bisa dicocokkan dengan nas asli Al-Qur'an dalam Bahasa Arab. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh umat Kristen yang sudah kehilangan bahasa asli Bibel.
2. Membaca Al-Qur’an sangat besar keutamaannya, yaitu dengan reward berupa nilai amal shalih sepuluh kali lipat. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, ia akan diberi imbalan amal shalih, dan satu amal shalih akan mendapat pahala sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR Tirmidzi).
Inilah juga membedakan kitab suci Al-Qur'an dengan buku bacaan lain. Membaca saja sudah berpahala, terlebih lagi jika memahami dan mengamalkannya, tentu lebih banyak lagi pahalanya. Sedangkan membaca Bibel, tidak ada jaminan dari Yesus maupun Tuhan, bahwa membaca satu huruf Bibel mendapat kebaikan.
3. Umat Islam bersemangat untuk menghafal Al-Qur'an juga bukan karena fanatisme Arab, tetapi karena tingginya derajat para huffaz (penghafal) Al-Qur’an, antara lain sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam beberapa hadits: huffaz Al-Qur’an adalah keluarga Allah yang khusus (ahlullah wa khaasshatuh), mereka akan memperoleh kedudukan setinggi (sebanyak) ayat yang dia baca, akan diberi pahala dari setiap huruf yang dibaca sepuluh kebajikan.
Ini bukan berarti Islam mengutamakan pembacaan dan penghafalan lalu melalaikan pemahaman dan pengamalan. Bukankah “menghafal” adalah salah satu bagian daripada proses pemahaman suatu ayat? Sedangkan Bibel, sebagaimana pengakuan Pendeta Budi, sama sekali tidak pernah memberikan reward kepada orang yang menghafal ayat-ayat Bibel.
4. Umat Kristen tidak bisa membaca kitab suci dalam bahasa aslinya, karena naskah asli Alkitab yang disebut “autographa” sudah hancur dimakan umur. Alkitab yang ada saat ini adalah salinan dari salinan-salinan naskah kuno yang disebut “manuscript.” Manuskrip-manuskrip ini pun tidak tahan dimakan usia, karena itu disalin ulang oleh para penyalin sampai sekarang ini terdapat ribuan manuskrip Alkitab. Rev David J Fant dari New York Bible Society, mengakui bahwa naskah asli Alkitab telah hilang: “The question naturally arises, do any of the original manuscripts of the Bible still exist? The answer is No. The original manus¬cripts were on papyrus and other perishable materials and have long since disappeared” (Simple Helps and Visual Aids to Understanding The Bible, hlm. 6).
[Persoalan yang biasanya ditanya, adakah naskah-naskah asli Alkitab masih ada sehingga kini? Jawabannya tidak! Naskah-naskah asli di atas papirus dan bahan-bahan lain yang mudah rusak semuanya telah lama hilang].
Jadi, umat Islam membaca Al-Qur'an dalam nas Arab karena nas inilah yang disebut kitab suci Al-Qur'an yang orsinil sesuai dengan yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan umat Kristen mengabaikan pembacaan dan penghafalan Bibel dalam bahasa asli, karena mereka sudah kehilangan bahasa asli Alkitab. ( suara-islam.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar