Inilah Penyebab Tingginya Angka Kematian di Asrama Putri Katolik -- Gereja katolik kembali diguncang, kali ini oleh kasus kematian di asrama-asrama katolik tahun 1950-an. Selasa kemarin diketahui, banyak anak laki-laki yang cacat mental mati di asrama Sint Joseph di Propinsi Limburg, Belanda Selatan, tahun 1950-an. Ternyata di periode yang sama, banyak anak perempuan meninggal di asrama Sint Anna, tidak jauh dari Sint Joseph.
Kejaksaan Agung Belanda memeriksa kematian 34 anak laki-laki yang awal tahun 1950-an diasuh pastor di Asrama Sint Joseph di Heel, Belanda. Tapi sementara ini diketahui bahwa di kota yang sama 40 anak asuh perempuan yang tinggal di asrama putri juga meninggal di periode 1952-1954. Korban di Sint-Anna, asrama perempuan penyandang cacat mental, adalah remaja putri usia 12 tahun ke bawah. Sedangkan korban di Sint Joseph adalah anak laki-laki berusia antara 11-18 tahun.
Tak ada penyebab kematian
Berita tentang remaja putri penyandang cacat mental disiarkan radio lokal L1, yang meminta data dari kota praja bersangkutan. Data statistik tidak memaparkan penyebab kematian.
"Banyak orang berpikir penyebab kematian dilaporkan kepada kota praja. Tapi tidak semuanya dilaporkan. Kadangkala ada laporan dari dokter atau yang melakukan autopsi, tapi data serupa itu hanya disimpan dua tahun," kata juru bicara kota praja dikutip Radio Nederlands.
Kejaksaan tidak akan melakukan penyelidikan terpisah terhadap angka kematian yang tinggi di asrama putri. Menurut kejaksaan semua data harus diperiksa dalam konteks informasi lainnya. Misalnya, asrama putri dua kali lebih besar daripada asmara laki-laki. Itu bisa menjelaskan angka kematian yang tinggi.
Pelecehan di gereja
Pemeriksaan yuridis terhadap keadaan di asrama St. Joseph menyusul informasi komisi yang memeriksa pelecehan di tubuh Gereja Katolik Roma. Komisi Deetman itu minta arsip-arsip asrama laki-laki dan menemukan angka kematian.
"Ketika sampai di tangan komisi, semua diam. Merasa terpukul. Kami menerka-nerka. Apa kiranya yang terjadi? Lalu sadar bahwa pertanyaan-pertanyaan itu tidak bisa dijawab. Penting mengetahui apa yang terjadi, tapi bisa jadi kami tidak akan pernah tahu," jelas Deetman.
Komisi Deetman tidak membunyikan alarm soal asrama putri.
Dirahasiakan
Menurut sanak-saudara korban, gereja katolik merahasiakan kasus ini bertahun-tahun. Di masa lampau kematian angggota keluarga di asrama laki-laki dipertanyakan, tapi semua pihak bungkam. Kini keusukupan Roermond menyambut pemeriksaan oleh Kejaksaan Agung.
Staf Hoen, jurubicara keuskupan, tidak bisa bilang mengapa tidak ada tindakan ketika itu. 'Kami bicara soal tahun 50an. Masa yang beda dengan peraturan-peraturan yang beda pula. Saya hanya bisa bilang bahwa uskup-uskup Belanda mendukung keterbukaan dan inilah contoh yang bagus. Pemicunya pelecehan. Semua arsip dibuka untuk itu. Tapi kepada komisi Deetman kami berkata mereka boleh menyorot masalah-masalah lain, yang patut dilaporkan.’
Kalaupun terbukti ada tindak kejahatan, maka pelakunya tidak bisa digugat karena fakta sudah kadaluarsa. Tapi karena dampaknya terhadap masyarakat, maka kejagung merasa penting untuk mengetahui apa persisnya yang terjadi di asrama Sint Joseph. Yustisi Belanda sementara ini melacak pelbagai sanak saudara korban. ( hidayatullah.com )
Kejaksaan Agung Belanda memeriksa kematian 34 anak laki-laki yang awal tahun 1950-an diasuh pastor di Asrama Sint Joseph di Heel, Belanda. Tapi sementara ini diketahui bahwa di kota yang sama 40 anak asuh perempuan yang tinggal di asrama putri juga meninggal di periode 1952-1954. Korban di Sint-Anna, asrama perempuan penyandang cacat mental, adalah remaja putri usia 12 tahun ke bawah. Sedangkan korban di Sint Joseph adalah anak laki-laki berusia antara 11-18 tahun.
Tak ada penyebab kematian
Berita tentang remaja putri penyandang cacat mental disiarkan radio lokal L1, yang meminta data dari kota praja bersangkutan. Data statistik tidak memaparkan penyebab kematian.
"Banyak orang berpikir penyebab kematian dilaporkan kepada kota praja. Tapi tidak semuanya dilaporkan. Kadangkala ada laporan dari dokter atau yang melakukan autopsi, tapi data serupa itu hanya disimpan dua tahun," kata juru bicara kota praja dikutip Radio Nederlands.
Kejaksaan tidak akan melakukan penyelidikan terpisah terhadap angka kematian yang tinggi di asrama putri. Menurut kejaksaan semua data harus diperiksa dalam konteks informasi lainnya. Misalnya, asrama putri dua kali lebih besar daripada asmara laki-laki. Itu bisa menjelaskan angka kematian yang tinggi.
Pelecehan di gereja
Pemeriksaan yuridis terhadap keadaan di asrama St. Joseph menyusul informasi komisi yang memeriksa pelecehan di tubuh Gereja Katolik Roma. Komisi Deetman itu minta arsip-arsip asrama laki-laki dan menemukan angka kematian.
"Ketika sampai di tangan komisi, semua diam. Merasa terpukul. Kami menerka-nerka. Apa kiranya yang terjadi? Lalu sadar bahwa pertanyaan-pertanyaan itu tidak bisa dijawab. Penting mengetahui apa yang terjadi, tapi bisa jadi kami tidak akan pernah tahu," jelas Deetman.
Komisi Deetman tidak membunyikan alarm soal asrama putri.
Dirahasiakan
Menurut sanak-saudara korban, gereja katolik merahasiakan kasus ini bertahun-tahun. Di masa lampau kematian angggota keluarga di asrama laki-laki dipertanyakan, tapi semua pihak bungkam. Kini keusukupan Roermond menyambut pemeriksaan oleh Kejaksaan Agung.
Staf Hoen, jurubicara keuskupan, tidak bisa bilang mengapa tidak ada tindakan ketika itu. 'Kami bicara soal tahun 50an. Masa yang beda dengan peraturan-peraturan yang beda pula. Saya hanya bisa bilang bahwa uskup-uskup Belanda mendukung keterbukaan dan inilah contoh yang bagus. Pemicunya pelecehan. Semua arsip dibuka untuk itu. Tapi kepada komisi Deetman kami berkata mereka boleh menyorot masalah-masalah lain, yang patut dilaporkan.’
Kalaupun terbukti ada tindak kejahatan, maka pelakunya tidak bisa digugat karena fakta sudah kadaluarsa. Tapi karena dampaknya terhadap masyarakat, maka kejagung merasa penting untuk mengetahui apa persisnya yang terjadi di asrama Sint Joseph. Yustisi Belanda sementara ini melacak pelbagai sanak saudara korban. ( hidayatullah.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar