Kemenangan PDIP Sekaligus Kemenangan Katolik dan Protestan

Kemenangan PDIP Sekaligus Kemenangan Katolik dan Protestan - Sekali mendayung, dua wilayah dikuasai. Agaknya itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan hasil Pilkada DKI Jakarta. Kemenangan bagi PDIP sekaligus kemenangan kaum Nasrani, baik Katolik maupun Protestan.

Betapa tidak, dalam sekali momen pemilihan kepala daerah, akhirnya mereka bisa menguasai dua daerah sekaligus. Provinsi DKI Jakarta dan Kota Solo, Jawa Tengah. Di Jakarta mereka berhasil menempatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok seorang Protestan fundamentalis sebagai Wakil Gubernur, sementara di Solo mereka berhasil menaikkan seorang aktivis Katolik yang sebelumnya menjawab Wakil Wali Kota menjadi Wali Kota, Franxiscus Xaverius Hadi Rudyatmo.

http://suara-islam.com/images/berita/rudi%20hadyatmo-solo.jpg

Berdasarkan UU No 8 Tahun 2005 dan PP No. 6 Tahun 2005, Jokowi bisa melenggang ke Jakarta dengan syarat diberhentikan dulu sebagai walikota Solo. Jika proses administrasi pemerintahan di DPRD dan pemerintahan pusat lancar, maka posisi pucuk pimpinan di Kota Solo akan diisi Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo.

Siapakah Fransiscus Xaverius Hadi Rudyatmo? Lelaki yang akrab dipanggil Rudi ini lahir di Solo, 13 Februari 1960. Ia merupakan kader tulen PDIP, penganut Katolik. Saat ini, ia menjadi Ketua DPC PDIP Surakarta.

Karier politik Rudi diawali sebagai anggota LPMK Pucangsawit, Jebres, Surakarta. Setelah aktif di partai, lulusan SMA ini terpilih menjadi anggota DPRD Surakarta periode 2004-2009. Kemudian ia mundur karena berpasangan dengan Jokowi pada pilkada 2005 silam.

Selain berpartai, suami Endang Prasetyaningsih ini juga aktif di dunia olahraga dengan menjadi Ketua Umum Persis dan PSSI Surakarta.

Apakah Rudi siap menggantikan posisi Jokowi? "Jika amanah demokrasi dan partai mewajibkannya, mengemban tugas apapun ya harus siap asal sesuai perundang-undangan yang berlaku," kata Rudi seperti dikutip detikcom, Kamis (20/9/2012).

FX Hadi Rudyatmo menyatakan, jika nantinya Jokowi benar-benar mendapat amanat menjadi Gubernur DKI Jakarta, maka partai pengusung (PDIP, Partai Gerindra, PKB, PKPB, PKPI, PDP, PAN, PKS, serta PDS) akan mengirim surat ke DPRD soal pengunduran diri Jokowi. Sesuai UU, maka posisinya digantikan wakilnya.

"Karena masa jabatan lebih dari 18 bulan, maka sesuai UU, partai pengusung mengajukan dua orang untuk dipilih sebagai Wakil Wali Kota," katanya.

Masa jabatan Jokowi-Rudy sebagai Walikota dan Wakil Walikota Solo, baru akan berakhir 2015 mendatang. Rudy pun tak menutup kemungkinan akan maju sebagai calon wali kota pada pemilu mendatang. “Kalau dari masyarakat dan partai menghendaki ya saya siap" tambahnya.

Sementara Ketua DPRD Surakarta YF Sukasno masih enggan memperkirakan kemungkinan kemungkinan ke depan. Bagi dia, hasil perhitungan quick count tidak bisa dijadikan acuan sikap kelembagaan. Karena itu, DPRD akan menunggu hingga hasil resmi perhitungan KPUD. "Hasil penghitungan cepat kan masih bersifat sementara," kata Sukasno.

Dalam berbagai kesempatan, Jokowi sendiri belum pernah menyampaikan skenario atau rencana jika dirinya terpilih atau tidak terpilih dalam Pilgub DKI Jakarta. Dia lebih memilih bersikap menunggu hasil.

Pro non-muslim?

Sudah jadi rahasia umum, jika non-muslim mempimpin suatu wilayah ia akan mengambil kebijakan yang sangat menguntungkan bagi kaumnya. Di Solo misalnya, karena wakil Jokowi adalah seorang Kristen, maka dana bantuan sosial (bansos) terbesar juga diberika pada kalangan Kristen. Pun demikian fakta yang terjadi di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kabupaten Kepualauan Mentawai di Sumatera Barat. Di daerah-darah tersebut, meski umat Islam mayoritas (kecuali di Mentawai) nasib mereka sangat tidak baik.

Menurut pengamat sosial-politik, Mustofa B Nahrawardaya, kalangan Kristen di Solo pada tahun Anggaran 2009 bisa menikmati 71,88 persen dari anggaran Rp4,7 milyar. Sementara umat Islam hanya mendapat sisanya. Padahal Solo yang berpenduduk lima ratus ribu jiwa itu mayoritas adalah umat Islam.

Karena itu mari kita saksikan bagaimana kondisi DKI Jakarta dan Kota Solo ke depan. Apakah Jakarta, kota yang namanya disematkan oleh seorang ulama, Fatahilah, dari ayat al-Quran "fathan mubina" yang dijadikan Jayakarta, terus menjadi kota Islam dengan masyarakatnya yang relijius atau kelak menjadi seperti Kota Manila atau Singapura, yang jejak Islamnya benar-benar hilang. Apapun yang terjadi semua itu diakibatkan ulah umat Islam sendiri. ( suara-islam.com )


1 komentar:

  1. Tambah parah aja umat islam,,ketika amal agama ditinggalkan umat islam akan dikuasai pemimpin dzalim

    BalasHapus