Prakarsa seorang Yahudi menelurkan Syi’ah
Adalah orang-orang Yahudi yang pertama kali menebarkan racun di dalam agama Islam ini untuk memalingkan putra-putra Islam dari agama dan aqidah yang lurus. Dan adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi gembong munafik yang menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keislaman yang geram melihat Islam tersiar dan tersebar di jazirah Arab, di Imperium Romawi, negeri-negeri Persia sampai ke Afrika dan masuk jauh di Asia, bahkan sampai berkibar di perbatasan-perbatasan Eropa. Ibnu Saba’ ingin menghadang langkah Islam supaya tidak mendunia dengan merencanakan makar bersama Yahudi San’a (Yaman) untuk mengacaukan Islam dan ummatnya. Mereka menyebarkan orang-orangnya termasuk Ibnu Saba’ sendiri ke berbagai wilayah Islam termasuk ibukota Khalifah, Madinah Nabawiyah. Mereka mulai menyulut fitnah dengan memprovokasi orang-orang lugu dan berhati sakit untuk menentang Khalifah Utsman. Pada waktu itu juga memperlihatkan rasa cinta kepada ‘Ali bin Abi Thalib Rhadhiallahu ‘anhu. Mereka mengaku dan mendukung kelompok ‘Ali, padahal ‘Ali tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.
Fitnah ini terus menggelinding. Mereka mencampur pemikiran mereka dengan aqidah-aqidah yang rusak. Dan mereka menyebut diri sebagai “Syi’ah ‘Ali” (pendukung ‘Ali), padahal ‘Ali membenci mereka bahkan ‘Ali sendiri telah menghukum mereka dengan siksaan yang pedih, begitu pula putra-putra dari keturunan ‘Ali membenci dan melaknat mereka, akan tetapi kenyataan ini ditutup-tutupi serta kemudian diganti secara lici dan keji.Pada waktu itu Persia (Majusi) juga menyimpan dendam kesumat karena di zaman Khalifah ‘Umar bin Khattab negeri kufur mereka hancur di saat puncak kejayaannya oleh ‘Umar sendiri, demikian pula Yahudi yang diusir dari Madinah oleh beliau. Maka bertemulah Majusi dan Yahudi menyatukan rencana mereka untuk menumpas Islam dari dalam.
Pengakuan tokoh-tokoh besar Syi’ah
Seorang ‘Ulama Syi’ah pada abad 3 H Abu Muhammad Al-Hasan bin Musa An-Nubakhti mengatakan dalam kitabnya “Firaq Asy-Syi’ah” : “Abdullah bin Saba’ adalah orang yang menampakkan cacian kepada abu Bakar, ‘Umar dan Utsman serta para sahabat, ia berlepas diri dari mereka dan mengatakan bahwa ‘Ali telah memerintahkannya berbuat demikian. Maka ‘Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya itu, ternyata ia mengakuinya, maka ‘Ali memerintahkan untuk membunuhnya. Orang-orang berteriak kepada ‘Ali, “Wahai Amirul mukminin! Apakah Anda akan membunuh seorang yang mengajak untuk mencintai Anda, ahlul bait, keluarga Anda dan mengajak untuk membenci musuh-musuh Anda?” Maka ‘Ali mengusirnya ke Madain (ibukota Iran waktu itu). Dan sekelompok ahli ilmu dari sahabat ‘Ali mengisahkan bahwa Ibnu Saba’ adalah seorang Yahudi lalu masuk Islam dan menyatakan setia kepada ‘Ali. Ketika masih Yahudi ia berkata bahwa Yusa’ bin Nun adalah Washi (penerima wasiat) dari Nabi Musa ‘Alaihissalam -secara berlebihan- kemudian ketika Islamnya, setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia mengatakan tentang ‘Ali sebagai penerima wasiat dari Rasulullah (sebagaimana Musa kepada Yusa’ bin Nun). Dia adalah orang pertama yang menyebarkan faham tentang Imamah ‘Ali, menampakkan permusuhan terhadap musuh-musuh ‘Ali (yang tidak lain adalah para Sahabat yang dicintai ‘Ali) dan mengungkap para lawannya. Dari sanalah orang-orang diluar Syi’ah mengatkan bahwa akar masalah “Rafdh” (menolak selain Khalifah ‘Ali) diambil dari Yahudi. Ketika kabar kematian ‘Ali sampai ke telinga Ibnu Saba’ di Madain dia berkata kepada yang membawa berita duka, “Kamu berdusta, seandainya engkau datang kepada kami dengan membawa (bukti) otaknya yang diletakkan dalam 70 kantong dan saksi sebanyak 70 orang yang adil, kami tetap meyakini bahwa dia (‘Ali) belum mati dan tidak terbunuh. Dia tidak mati sebelum mengisi bumi dengan keadilan.”
Demikianlah ucapan orang yang dipercaya oleh semua orang Syi’ah dalam bukunya “Firaq Asy-Syi’ah” [hal. 43-44. Cet Al-Haidariyah,Najef 1379 H]. Ucapan senada juga diungkapkan oleh Abu Umar Al-Kasysyi, ulama Syi’ah abad 4 H dalam bukunya yang tersohor “Rijal Al-Kasysyi” [hal. 101. Mu’assasah Al-A’lami. Karbala Iraq].
Kini setelah lebih dari seribu tahun sebagian Hakham (pemimpin ulama) Syi’ah mengingkari keberadaan sosok Ibnu Saba’ dengan tujuan supaya tidak terbongkar kebusukan mereka. Di antara yang mengingkarinya adalah Muhammad Al-Husain Ali Kasyf Al-Ghitha di dalam kitabnya “Ashl Asy-Syi’ah wa ashuluha.” Namun anehnya banyak sekali kitab-kitab Syi’ah yang mengukuhkan tentang keberadaan Ibnu Saba’ sebagai peletak batu pertama agama Syi’ah. Sebagian ulama Syi’ah kontemporer telah mengubah pola mereka dan mulai mengakui adanya tokoh Ibnu Saba’, setelah bukti tampak di depan mata mereka dan tidak bisa lagi mengelak. Mengelak harganya sangat mahal bagi mereka sebab konsekuensinya adalah menganggap cacat sumber-sumber agama mereka.karena itu Muhammad Husain Az-Zen seorang Syi’ah kontemporer mengatakan, “Bagaimanapun juga Ibnu Saba’ memang ada dan dia telah menampakkan sikap ghuluw (melampaui batas), sekalipun ada yang meragukannya dan menjadikannya tokoh dalam khayalan. Adapun kami sesuai dengan penelitian terakhir maka kami tidak meragukan keberadaannya dan ghuluwnya.” [Asy-Syi’ah wa At-Tarikh, hal. 213].
Kemiripan dua saudara kembar,Syi’ah dan Yahudi
Persinggungan antara aqidah Syi’ah dan aqidah Yahudi yang kotor itu bisa dilihat dari poin-poin berikut :
-
Yahudi telah mengubah-ubah Taurat, begitu pula Syi’ah mereka punya Al-Qur’an hasil kerajinan tangan mereka yakni “Mushaf Fathimah” yang tebalnya 3 kali Al-Qur’an kaum Muslimin.Mereka menganggap ayat Al-Qur’an yang diturunkan berjumlah 17.000 ayat, dan menuduh Sahabat menghapus sepuluh ribu lebih ayat
-
Yahudi menuduh Maryam yang suci berzina [QS. Maryam : 28], Syi’ah melakukan hal yang sama terhadap istri Rasulullah ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha sebagaimana yang diungkapkan Al-Qummi (pembesar Syi’ah) dalam “Tafsir Al-Qummi (II 34)”
-
Yahudi mengatakan, “kami tidak akan disentuh oleh api neraka melainkan hanya beberapa hari saja”. [QS. Al-Baqarah : 80] Syi’ah lebih dahsyat lagi dengan mengatakan, “Api neraka telah diharamkan membakar setiap orang Syi’ah” sebagaimana tercantum dalam kitab mereka yang dianggap suci “Fashl Kitab (hal.157)”
-
Yahudi meyakini bahwa, Allah mengetahui sesuatu setelah tadinya tidak tahu, begitu juga dengan Syi’ah
-
Yahudi beranggapan bahwa ucapan “amin” dalam shalat adalah membatalkan shalat. Syi’ah juga beranggapan yang sama.
-
Yahudi berkata, “Allah mewajibkan kita lima puluh shalat” Begitu pula dengan Syi’ah.
-
Yahudi keluar dari shalat tanpa salam,cukup dengan mengangkat tangan dan memukulkan pada lutut. Syi’ah juga mengamalkan hal yang sama.
-
Yahudi miring sedikit dari kiblat, begitu pula dengan Syi’ah.
-
Yahudi berkata “Tidak layak (tidak sah) kerajaan itu melainkan di tangan keluarga Daud”. Syi’ah berkata,” tidak layak Imamah iut melainkan pada ‘Ali dan keturunanannya”
-
Yahudi mengakhirkan Shalat hingga bertaburnya bintang-bintang di langit. Syi’ah juga mengakhirkan Shalat sebagaimana Yahudi
-
Yahudi mengkultuskan Ahbar (‘ulama) dan Ruhban (para pendeta) mereka sampai tingkat ibadah dan menuhankan.Syi’ah begitu pula, bersifat Ghuluw (melampaui batas) dalam mencintai para Imam mereka dan mengkultuskannya hingga di atas kelas manusia.
-
Yahudi mengatakan Ilyas dan Finhas bin ‘Azar bin Harun akan kembali (reinkarnasi) setelah mereka bedua meninggal dunia. Syi’ah lebih seru, mereka menyuarakan kembalinya (reinkarnasinya) ‘Ali, Al-Hasan, Al-Husain, dan Musa bin Ja’far yang dikhayalkan itu.
-
Yahudi tidak Shalat melainkan sendiri-sendiri, Syi’ah juga beranggapan yang sama, ini dikarenakan mereka meyakini bahwa tidak ada Shalat berjama’ah sebelum datangnya “Pemimpin ke-dua belas” yaitu Imam Mahdi.
-
Yahudi tidak melakukan sujud sebelum menundukkan kepalanya berkali-kali, mirip ruku. Syi’ah Rafidhah juga demikian.
-
Yahudi menghalalkan darah setiap muslim. Demikian pula Syi’ah, mereka menghalalkan darah Ahlussunnah.
-
Yahudi mengharamkan makan kelinci dan limpa dan jenis ikan yang disebut jariu dan marmahi. Begitu pula orang-orang Syi’ah.
-
Yahudi tidak menghitung Talak sedikitpun melainkan pada setiap Haid. Begitu pula Syi’ah.
-
Yahudi dalam syari’at Ya’qub membolehkan nikah dengan dua orang wanita yang bersaudara sekaligus. Syi’ahjuga membolehkan penggabungan (dalam akad nikah) antara seorang wanita dengan bibinya.
-
Yahudi tidak menggali liang lahad untuk jenazah mereka. Syi’ah Rafidhah juga demikia.
-
Yahudi memasukkan tanah basah bersama-sama jenazah mereka dalam kain kafannya demikian juga Syi’ah Rafidhah.
-
Yahudi tidak menetapkan adanya jihad hingga Allah mengutus Dajjal. Syi’ah Rafidhah mengatakan,”tidak ada jihad hingga Allah mengutus Imam Mahdi datang.
[kitab Badzl Al-Majhud fi Itsbat Musyabahah Ar-Rafidhah li Al-Yahud , oleh Abdullah Al-jamili]
Ini adalah setetes air dari luasnya samudra tentang kemiripan mereka dengan Yahudi, karena sesungguhnya Syi’ah merupakan aqidah campuran dari Yahudi, Nashrani, Persi (Majusi), Romawi dan Hindu. Mereka aduk unsur-unsur itu bagaikan adonan lalu dituangkan dalam satu cetakan kemudian diletakkan dalam suatu kemasan dan disajikan dengan nama “Syi’ah”.Maka jelaslah sudah, sebagaimana jelasnya mentari yang tak diselimuti awan bahwa “ Syi’ah adalah Yahudi dan Yahudi adalah Syi’ah”. Akan lebih jelas lagi bagi Anda tentang apa dan bagimana Syi’ah dalam andilnya menghancurkan Islam Serta membuka jalan bagi musuh-musuh Islam jika Anda menyimak seri-seri selanjutnya tentang Syi’ah. ( abusalma.wordpress.com )
he...he.....anda adalah orang yang paling malang di dunia ini.orang yang tidak memahami siapa dirimu,apa yang harus kamu yakini,apa yang harus kamu sayangi dan apa yang harus kamu benci.memandang dengan sudut pandang lain adalah sangat penting bagimu dengan tetap menjaga prisip-prinsip hidupmu sendiri.semoga komentar saya berguna bagimu.
BalasHapus