Terorisme Dalam Angka - Angka Statistik - Menurut penetilian terbaru di Amerika Serikat (AS), jumlah kematian karena penembakan brutal jauh lebih banyak daripada kematian akibat terorisme. Menurut riset oleh Triangle Center North Carolina yang mengawasi kasus terorisme dan keamanan dalam negeri, jumlah insiden teroris yang melibatkan Muslim Amerika menunjukkan penurunan dramatis sejak 2009.
Pada 2012 lalu, terdapat 14 Muslim Amerika yang didakwa dengan kejahatan terorisme. Jumlah ini turun hampir setengahnya dari tahun 2011 yang berjumlah 21 orang. Kemudian pada 2010 sejumlah 26 orang dan 40 orang pada tahun 2009.
Dari 14 orang di tahun 2012 itu, hanya satu orang yang dituduh siap melakukan serangan dengan tuduhan upaya pemboman di kantor Jaminan Sosial di Casa Grande, Arizona. Sementara 13 orang sisanya ditangkap karena menurut polis mereka berpotensi melakukan serangan.
Penulis riset itu adalah sosiolog Profesor Charles Kurzman yang telah mempelajari masalah ini selama tiga tahun terakhi. Ia menyimpulkan bahwa "jumlah Muslim Amerika yang terindikasi mendukung terorisme (pendanaa, pembuatan statemen palsu dan berhubungan dengan tindakan terorisme lainnya telah turun, pada 2010 terdapat 27 orang dan pada 2011 menjadi 8 orang. Sehingga total hanya berjumlah 462 orang saja yang terlibat terorisme di Amerika sejak tragedi 11 September".
Ketakutan Aksi Terorisme yang Tidak Berdasar
Hasil penelitian itu juga menunjukkan bahwa ketakutan yang berlebihan dari aksi terorisme oleh Muslim Amerika sangat tidak berdasar.
Pada tahun 2012 saja, penembakan massal yang tidak dilakukan oleh Muslim Amerika setidaknya telah menewaskan 66 orang di Amerika. "Kematian (akibat penembakan) dua kali lebih banyak daripada terorisme oleh Muslim Amerika dalam 11 tahun terakhir sejak kasus 11 September," kata Tim Kurzman.
Tapi, meskipun penurunan jumlah Muslim AS yang terlibat terorisme menurun drastis, pengawasan ketat terhadap Muslim AS masih terus dilakukan otoritas keamanan dalam negeri,
FBI masih terus mengawasi dan memetakan Muslim AS terlepas dari keterlibatan mereka dalam kejahatan apapun.
Setelah serangan 11 September, Kepolisian Kota New York memulai misi untuk menghalangi kemungkinan terulangnya tragedi tersebut, yang mengakibatkan pengawasan secara ketat Muslim di New York, dan dianggap sudah melampaui batas kewajaran.
Polisi Kota New York bahkan melakukan pengawasan diam-diam dan menyebar mata-mata di seluruh tempat, mulai pasar lokal, masjid-masjid bahkan informan yang mereka kirim sampai ke luar negeri.
Dan sementara Muslim Amerika mulai jengah dan keberatan atas pengawasan ketat tersebut, Walikota New York Michael Bloomberg tetap berdiri mendukung upaya Kepolisian New York dengan mengatakan bahwa seluruh dunia harus berterima kasih atas Polisi New York. Bloomberg membela Kepolisian New York yang membolehkan mendatangi semua tempat di negara itu untuk mencari teroris, tanpa memberitahu kepolisian setempat. Hal ini persis seperti Densus 88 di Indonesia.
Musim panas lalu, sekelompok Muslim mengajukan kasus ke pengadilan atas tindakan Kepolisian New York yang mengawasi mereka, padahal mereka berada di New Jersey yang berada di luar yuridiksi Kepolisian New York (NYPD). Sumber: RT.com
Blog : Rantau Pincono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar