Mengapa saya memilih Islam? Saya ingat dengan jelas hari dimana saya resmi menjadi wanita mualaf di masjid Al-Azhar Kairo. Saya datang langsung dari AS, Namun apa yang telah membimbing saya menuju hari itu adalah semacam tuntunan bawah sadar yang terus mencari kebenaran Allah.
Saat kecil, saya selalu percaya kepada agama dan Allah, tetapi tidak pernah cocok dengan konsep yang disajikan dalam Katolik. Saya tidak bisa menerima bagaimana Tuhan ada tiga (dengan konsep Trinitas), bagaimana kita bisa berdoa kepada banyak orang seperti Yesus, Maria dan bermacam-macam orang suci. Bagaimana kita bisa menerima konsep dosa asal, bagaimana imam dapat "menghapus" dosa-dosa Anda, atau mengapa ada ratusan bibel yang berbeda.
Ini hanya sekelumit pertanyaan yang mestinya ada dalam benak setiap orang, termasuk imam. Sangat mengherankan bahwa saya pergi ke gereja belajar agama, namun keluar dan pulang tanpa mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk menjadi seorang Kristen yang baik. Saya mengetahui saya seharusnya menjadi orang "baik", "dermawan", "simpati", "penuh kasih-sayang", dan sifat-sifat mulia lainnya, tetapi tidak pernah ada ajaran praktis yang adapat diaplikasikan dengan baik.
Karena kebingungan itulah, saya kemudian mencari cara untuk terhubung dengan satu Tuhan yang saya kenal dan saya selalu berdoa kepada-Nya. Saya mencari aturan pasti dari Tuhan yang mengajarkan saya secara detil dalam menjalani hidup. Tetapi kehidupan berjalan, dan karena tekanan dari keluarga meskipun saya keberatan, saya dibaptis dalam gereja Katolik. Sampai ketika saya di bangku kuliah, bagi saya agama ini tidak lebih daripada gangguan pada Minggu pagi. Walaupun saya tetap percaya Tuhan.
Namun akhirnya, ajaran Kristen dan Katolik sudah tidak bisa saya terima lagi, begitu pun ajaran Yahudi karena ajaran ini menolak Yesus. Meskipun saya memiliki masalah dengan ajaran Kristen, namun saya selalu yakin Yesus mempunyai pesan besar kepada manusia--pesan menyembah kepada satu Tuhan. Saya tidak dapat memahami bagaimana Kristen akhirnya menyembah Yesus sendiri. Saya merasa yakin bahwa dia tidak pernah menginginkan itu. Bagi saya tersisa satu pilihan--Islam.
Sebelumnya saya sudah tahu Islam--perkenalan saya dengan Islam terjadi saat saya melakukan perjalanan ke Mesir, karena itu saya cukup membuka diri untuk keyakinan ini. Islam tidaklah asing bagi saya, walaupun pada saat saya tidak mengenal orang Islam kecuali satu atau dua orang temen di Mesir.
Saya mulai membaca Alquran dan mencari informasi tentang Islam melalui internet. Saya ingat apa yang saya rasakan saat pertama kali membaca Alquran insting saya mengatakan itu bukan buatan tangan manusia; Alquran di luar kemampuan manusia. Hal ini bebeda sekali dengan yang saya rasakan saat membaca Alkitab, saya merasa hanya kumpulan cerita yang ditulis oleh seorang laki-laki. Belum lagi fakta bahwa Alquran hanya ada satu versi yang tidak berubah sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, itu bukanlah satu-satunya yang membuat saya kagum.
Saya merasa nyaman dengan semua yang saya pelajari tentang Islam. Hal inilah yang mendorong saya untuk lebih mendalami Islam. Yang terpenting, saya telah menemukan jawaban atas dua masalah utama agama di masa lalu (hanya mau menyembah satu Tuhan dan aturan jelas). Islam merupakan agama tauhid yang mana umat Islam hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukannya. Umat Islam juga wajib mengikuti Alquran dan Sunnah juga yang memberikan aturan dan cara hidup yang lengkap. Akhirnya, saya tahu persis apa yang saya harus lakukan untuk menjadi seorang Kristen yang baik, yakni saya harus menjadi seorang Muslimah.
Selama dua tahun terakhir di kampus, saya memegang kepercayaan Islam, saya benar-benar tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan teman-teman di lingkungan sekolah Katolik. Dalam hati, saya sadar bahwa saya seorang Muslimah, tapi saya tidak tahu bagaimana memberitahu keluarga dan teman-teman.
Setelah lulus perguruan tinggi, saya ditawari untuk magang di Mesir dan saya menerimanya dengan gembira. Saya menjalin persahabatan dengan teman-teman Muslim, termasuk suami saya saat ini, yang membantu saya resmi menjadi mualaf dan belajar banyak hal yang penting dalam agama. Saya beruntung memiliki semua dukungan indah tersebut.
Memang tidak mudah memberitahu orang-orang bahwa saya adalah orang Muslimah. Meskipun beberapa orang senang saya telah menemukan agama yang saya cari dan cintai, saya tidak selalu diterima dengan baik, tetapi justru karena itu saya menjadi kuat. Saya dapat mempertahankan iman saya. Rasa syukur saya panjatkan pada Allah tiap hari, karena saya menjadi Muslimah. Saya ingat, saya tumbuh dengan kebingungan tentang Tuhan dan agama. Akhirnya, saya merasa cukup puas dan bahagia setiap hari, karena sekarang saya memahami kebenaran. [Republika ]
Saat kecil, saya selalu percaya kepada agama dan Allah, tetapi tidak pernah cocok dengan konsep yang disajikan dalam Katolik. Saya tidak bisa menerima bagaimana Tuhan ada tiga (dengan konsep Trinitas), bagaimana kita bisa berdoa kepada banyak orang seperti Yesus, Maria dan bermacam-macam orang suci. Bagaimana kita bisa menerima konsep dosa asal, bagaimana imam dapat "menghapus" dosa-dosa Anda, atau mengapa ada ratusan bibel yang berbeda.
Ini hanya sekelumit pertanyaan yang mestinya ada dalam benak setiap orang, termasuk imam. Sangat mengherankan bahwa saya pergi ke gereja belajar agama, namun keluar dan pulang tanpa mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk menjadi seorang Kristen yang baik. Saya mengetahui saya seharusnya menjadi orang "baik", "dermawan", "simpati", "penuh kasih-sayang", dan sifat-sifat mulia lainnya, tetapi tidak pernah ada ajaran praktis yang adapat diaplikasikan dengan baik.
Karena kebingungan itulah, saya kemudian mencari cara untuk terhubung dengan satu Tuhan yang saya kenal dan saya selalu berdoa kepada-Nya. Saya mencari aturan pasti dari Tuhan yang mengajarkan saya secara detil dalam menjalani hidup. Tetapi kehidupan berjalan, dan karena tekanan dari keluarga meskipun saya keberatan, saya dibaptis dalam gereja Katolik. Sampai ketika saya di bangku kuliah, bagi saya agama ini tidak lebih daripada gangguan pada Minggu pagi. Walaupun saya tetap percaya Tuhan.
Namun akhirnya, ajaran Kristen dan Katolik sudah tidak bisa saya terima lagi, begitu pun ajaran Yahudi karena ajaran ini menolak Yesus. Meskipun saya memiliki masalah dengan ajaran Kristen, namun saya selalu yakin Yesus mempunyai pesan besar kepada manusia--pesan menyembah kepada satu Tuhan. Saya tidak dapat memahami bagaimana Kristen akhirnya menyembah Yesus sendiri. Saya merasa yakin bahwa dia tidak pernah menginginkan itu. Bagi saya tersisa satu pilihan--Islam.
Sebelumnya saya sudah tahu Islam--perkenalan saya dengan Islam terjadi saat saya melakukan perjalanan ke Mesir, karena itu saya cukup membuka diri untuk keyakinan ini. Islam tidaklah asing bagi saya, walaupun pada saat saya tidak mengenal orang Islam kecuali satu atau dua orang temen di Mesir.
Saya mulai membaca Alquran dan mencari informasi tentang Islam melalui internet. Saya ingat apa yang saya rasakan saat pertama kali membaca Alquran insting saya mengatakan itu bukan buatan tangan manusia; Alquran di luar kemampuan manusia. Hal ini bebeda sekali dengan yang saya rasakan saat membaca Alkitab, saya merasa hanya kumpulan cerita yang ditulis oleh seorang laki-laki. Belum lagi fakta bahwa Alquran hanya ada satu versi yang tidak berubah sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, itu bukanlah satu-satunya yang membuat saya kagum.
Saya merasa nyaman dengan semua yang saya pelajari tentang Islam. Hal inilah yang mendorong saya untuk lebih mendalami Islam. Yang terpenting, saya telah menemukan jawaban atas dua masalah utama agama di masa lalu (hanya mau menyembah satu Tuhan dan aturan jelas). Islam merupakan agama tauhid yang mana umat Islam hanya menyembah Allah dan tidak menyekutukannya. Umat Islam juga wajib mengikuti Alquran dan Sunnah juga yang memberikan aturan dan cara hidup yang lengkap. Akhirnya, saya tahu persis apa yang saya harus lakukan untuk menjadi seorang Kristen yang baik, yakni saya harus menjadi seorang Muslimah.
Selama dua tahun terakhir di kampus, saya memegang kepercayaan Islam, saya benar-benar tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan teman-teman di lingkungan sekolah Katolik. Dalam hati, saya sadar bahwa saya seorang Muslimah, tapi saya tidak tahu bagaimana memberitahu keluarga dan teman-teman.
Setelah lulus perguruan tinggi, saya ditawari untuk magang di Mesir dan saya menerimanya dengan gembira. Saya menjalin persahabatan dengan teman-teman Muslim, termasuk suami saya saat ini, yang membantu saya resmi menjadi mualaf dan belajar banyak hal yang penting dalam agama. Saya beruntung memiliki semua dukungan indah tersebut.
Memang tidak mudah memberitahu orang-orang bahwa saya adalah orang Muslimah. Meskipun beberapa orang senang saya telah menemukan agama yang saya cari dan cintai, saya tidak selalu diterima dengan baik, tetapi justru karena itu saya menjadi kuat. Saya dapat mempertahankan iman saya. Rasa syukur saya panjatkan pada Allah tiap hari, karena saya menjadi Muslimah. Saya ingat, saya tumbuh dengan kebingungan tentang Tuhan dan agama. Akhirnya, saya merasa cukup puas dan bahagia setiap hari, karena sekarang saya memahami kebenaran. [Republika ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar