Kebohongan Uskup Yulius Kardinal Darmaatmadja Soal Perusakan Gereja di Bekasi

Kebohongan Uskup Yulius Kardinal Darmaatmadja Soal Perusakan Gereja di Bekasi. - Uskup Agung Yulius Kardinal Darmaatmadja dalam pesan natalnya menyesalkan Gereja stasi Albertus di Bekasi yang dirusak oleh orang tidak bertanggung jawab. Pernyataan itu disampaikan pada acara misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Jumat (25/12/2009).

"Ketika Gereja stasi Albertus yang sedang dibangun, pada malam hari raya Muharam atau 1 syuro atau malam tanggal 18 Desember didatangi ratusan orang yang tidak bertanggungjawab merusak Gereja yang sedang dalam proses pembangunan," demikian pesan Romo Kardinal sebagaimana dilansir dalam detiknews.com berjudul “Uskup Agung Prihatin Gereja Bekasi Dirusak”
(http://www.detiknews.com/read/2009/12/25/104251/1265925/10/uskup-agung-prihatin-gereja-bekasi-dirusak)

Bila portal detik.com tidak salah kutip, maka menurut hemat kami, pernyataan Uskup Agung bahwa gereja Santo Albertus dirusak orang tak bertanggungjawab itu patut dipertanyakan karena beraroma kebohongan.

Pertama,

Uskup Agung menyebut “Ratusan orang yang tidak bertanggungjawab merusak gereja.” Pernyataan ini tidak berdasar sama sekali dan cenderung provokatif. Faktanya, gereja yang sejak awal pendiriannya mendapat penentangan warga Bekasi itu hingga kini masih berdiri kokoh. Tak ada bagian gereja yang tergores, terjilat api apalagi mengalami kerusakan berat. Fakta ini penulis saksikan dengan mata kepala esok hari setelah insiden malam tahun baru terjadi.

Kedua,

Pernyataan Romo Kardinal tentang adanya “gereja yang dirusak,” membuktikan bahwa Romo Kardinal belum melihat langsung ke gereja yang dimaksud, melainkan hanya mendengar berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Selain itu, Romo Kardinal juga membesar-besarkan masalah dan menihilkan keberadaan Kapolres Metro Bekasi. Pascainsiden malam tahun baru, Kapolres Metro Bekasi AKBP Imam Sugianto membantah terjadi pembakaran gereja Katolik Santo Albertus di perumahan Harapan Indah, Bekasi. Menurutnya yang dibakar bukan gerejanya, tapi hanya bedeng pekerja kuli bangunan gereja itu.

"Saya tidak setuju kalau disebut pembakaran gereja. Karena bukan gereja yang dibakar, tapi bedeng tempat pekerja dan kantor pekerja konstruksi. Kalau gerejanya sudah 60 persen jadi, itu tidak dibakar," kata Imam dalam Tempo Interaktif, Ahad (20/12/2009).

Ketiga,

Pernyataan Romo Kardinal tentang adanya “orang tidak bertanggung jawab” dalam insiden tersebut, jelas membuktikan bahwa Romo Kardinal tidak mengetahui permasalahan dengan jelas dan jernih. Faktanya, pasca insiden tahun baru itu, polisi mengamankan 33 orang yang dicurigai sebagai pelaku. Karena tak cukup bukti, ke-32 orang itu dilepaskan, dan hanya satu orang yang ditahan, yaitu Ahmad Rosidi alias Jagur, warga Babelan. Jagur hingga kini masih ditahan polisi karena mempertanggungjawabkan perbuatannya yang diduga melakukan tindak pidana.

Untuk itu, kami akan bersuka cita kepada Romo Kardinal Yulius Kardinal Darmaatmadja selaku Uskup Agung, bila beliau mempertimbangkan masak-masak segala pernyataan di hadapan jemaatnya. Janganlah memperkeruh suasana “konflik” antarumat beragama dengan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta dan data. Karena segala ucapan yang berbeda dengan realita adalah sebuah kedustaan. Dan kedustaan adalah sikap yang tidak terpuji menurut semua agama.

Menurut Al-Qur’an, dusta adalah salah satu tanda orang munafik (Al-Munafiqun 1). Orang yang mengadakan kebohongan adalah pendusta yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (An Nahl 105) yang diancam dengan wail (kecelakaan) dan siksaan yang pedih (Al Baqarah 10, Al-Jatsiyah 7).

Mari kita jauhi segala dusta, karena tindakan dusta itu tidak akan memasyhurkan nama Tuhan. Bukankah Alkitab (Bibel) juga mengecam dusta sebagai tindakan yang harus dijauhi (Keluaran 23:7, Ulangan 5:20, Imamat 19:11) yang melanggar kekudusan nama Tuhan (Imamat 19:12) dan merupakan suatu dosa (Yesaya 5:18). Jika penginjil berdarah Madura ini tidak berhenti dari dustanya, maka Yesus akan mengecamnya sebagai “hamba iblis” (Yohanes 8: 44)? Bukankah kedustaan adalah kekejian dan dosa di mata Tuhan?

“Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan” (Amsal 12:22).

“Celakalah mereka yang memancing kesalahan dengan tali kedustaan dan dosa” (Yesaya 5:18). ( muslimdaily.net )

[Mulyadi Abdul Gani, Wakil Sekretaris Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta, mulyadi.abdulgani@gmail.com]



My be this artikel's that you need...!!!



3 komentar:

  1. bro menurut gue lo yang memperkeruh!! Pernyataan beliau apakah membuat jemaat disitu pada marah dan bersiap perang? Setau gue biasa aja!! Justru lo yang ngangkat ke permukaan ni masalah jadi membuat orang2 non kristiani jadi saling curiga dan merasa tertuduh!! Masalah Kardinal salah informasi itu wajar bro!! Manusia gt loch!! Inipun pernah dilakukan pemuka umat beragama lain selain katholik!! Gue jadi nanya nih bro sama lo? Blog lo nih buat jelek-jelekin suatu agama/ngadu domba/ apa gimana? kalo lo merasa keberatan sama ucapan Kardinal, lo tinggal dateng / tulis surat ke doi!! meminta klarifikasi!! ntar beliau juga ngasih klarifikasi!! Kaya gak ada jalan lain aja diangkat ke sini!! gue tau tujuan lo apa bro!!

    BalasHapus
  2. bro, lu cuma menganalisa apa yang ditulis di media.. lu sendiri kaga terjun ke lapangan.. jadi kaga tau apa yang terjadi.... apa yang ditulis media cuma versi ringan saja supaya tidak menimbulkan konflik lebih lanjut... orang katolik orang yang pemaaf... orang katolik tidak akan mengusik orang-orang yang sirik... kasihan orang-orang sirik hatinya selalu terbakar amarah dan dendam....

    BalasHapus
  3. hahahahahaha apabet

    BalasHapus