MALAM KETUJUH
Mengakui Nabi Muhammad SAW Utusan Allah
A: Sesudah saya terangkan pada Saudara tentang ayat-ayat Al Qur'an yang menerangkan tentang proses asal kejadian manusia yang Saudara tanyakan ayat-ayatnya kemarin malam itu, apakah terdapat pertentangan? Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan menyampaikan sebagaimana Saudara sangka semula?
B: Tidak ada, Bapak telah menerangkan dari segi Ilmiah yang seharusnya secara jujur saya mempercayainya.
A: Jadi Nabi Muhammad benar, tidak kelirukah penyampaiannya?
B: Tidak keliru, malah benar.
A: Jadi Saudara mengakui bahwa Nabi Muhammad benar sebagai Rasul Allah?
B: Saya mengakui, karena beliau benar.
A: Terima kasih, saudara-saudara yang hadir menyaksikan sendiri pengakuan Saudara Antonius sendiri atas kerasulan Nabi Muhammad SAW, tanpa paksaan, melainkan dengan kesadarannya sendiri setelah berlangsung dengan diskusi. Betulkah Saudara mengakui kerasulan Nabi Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu utusan Allah?
B: Betul, dengan saksi Tuhan saya mengakuinya.
A: Alhamdulillah, Saudara Antonius sudah 50 % Islam. Saya katakan 50% Islam oleh karena hanya mengerti dan mempercayai atas kerasulan Nabi Muhammad, jadi masih tinggal 50% lagi, oleh karena Saudara belum meyakinkan atas ke-Esa-an Tuhan yang Maha Tunggal .
B: Ya, betul begitu. Keyakinan saya terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus) masih belum lenyap sama sekali, walaupun Bapak telah menerangkan Kitab Bibel yang tak dapat saya membantahnya. Akan tetapi dengan keterangan-keterangan Bapak saya mulai ragu-ragu terhadap Trinitas itu. Sungguhpun begitu, apakah Bapak masih bersedia lagi memberikan keterangan-keterangan (alasan-alasan) dalam Kitab Bibel yang menyebutkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan?
A: Sebetulnya pada pertemuan kita yang pertama telah saya sebutkan berdasarkan Kitab Injil sendiri bahwa Yesus bukan Tuhan seperti telah Saudara Periksa sendiri dalam Matius pasal 1 ayat 16; Markus pasal 13 ayat 32; Ulangan pasal 4 ayat 33; Ulangan pasal 6 ayat 4; Markus pasal 12 ayat 29. Kesemuanya itu telah kita baca. Tetapi demi untuk memenuhi pengharapan Saudara agar lebih meyakinkan, saya lanjutkan lagi. Silahkan baca Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.
B: Baik, di sini disebutkan: "Maka Yesus pun penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai Iblis. Selama itu suatu apa pun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia merasa lapar.
A: Di ayat ini menyebutkan bahwa Rohul Kudus membawa Yesus ke padang belantara. Kalau Yesus itu Tuhan, mustahil akan dapat dibawa oleh siapa pun juga. Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dicobai oleh Iblis atau wajarkah Iblis berani mencobai Tuhan? Di ayat ini pun ada menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar. Wajarkah Tuhan itu lapar? Kalau begitu sifat-sifat Yesus itu sama saja dengan sifat manusia biasa; bisa dibawa, bisa dicobai iblis dan merasa lapar. Periksa lagi Matius pasal 4 ayat 5.
B: Baik, di situ menyebutkan: "Kemudian daripada itu Iblis itu pun membawa Yesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya dia di atas bumbung bait Allah".
A: Di ayat ini ada menyebutkan bahwa Yesus dibawa oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis? Wajarkah Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dibawa kemana-mana, ke suatu tempat? Pantaskah Iblis begitu berani kepada Tuhan? Periksa lagi Matius pasal 27 ayat 1 dan 2.
B: Baik, di situ menyebutkan: "Setelah hari siang, maka segala kepala Imam dan orang tua-tua kaum pun berundinglah atas hal Yesus supaya dibunuhkan dia. Maka diikatnya dia serta dibawa pergi, lalu diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil pemerintah".
A: Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus diikat; pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia? Kalau begitu dimanakah kekuatan Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya kepada manusia? Periksa lagi Lukas pasal 2 ayat 21.
B: Baik, di situ menyebutkan: "Apabila genap delapan hari, ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus ... "
A: Wajarkah Tuhan itu disunat? Perlu apakah Tuhan itu disunat?
Terang yang Menyebutkan bahwa Yesus adalah Anak Manusia, Bukan Anak Tuhan
B: Apakah ada keterangan yang lebih tegas bahwa Yesus itu benar-benar anak manusia bukan anak Tuhan?
A: Silahkan buka Matius pasal 26 ayat 2.
B: Baik, disitu menyebutkan bahwa: "Anak manusia akan diserahkan supaya disalibkan."
A: Yang dimaksud anak manusia di situ Yesus. Jadi jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Silahkan periksa di Matius pasal 5 ayat 45.
B: Baik, di situ menyebutkan bahwa: "Supaya kamu menjadi anak Bapamu ... dan seterusnya."
A: Di sini menyebutkan bahwa orang-orang yang taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan menjadi anak Tuhan. Jadi bukan saya yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan yang Tunggal, melainkan anak-anak Tuhan itu akan bertambah lagi jumlahnya, berdasarkan Kitab Bibel sendiri di Matius pasal 5 ayat 45 yang kita baca tadi ialah: "Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu ... " Silahkan buka Matius pasal 7 ayat 21.
B: Di situ menyebutkan: "Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru aku: Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan sorga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga."
A: Di Bibel sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang menyerukan: "Tuhan, Tuhan" kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan sorga. Apakah belum cukup bukti-bukti yang telah saya tunjukkan kepada Saudara?
B: Sudah Cukup. Terima kasih; tetapi kalau masih ada, saya minta, demi kepuasan saya.
A: Minta yang mana lagi yang Saudara maksudkan?
B: Yang menyebutkan di Kitab Injil bahwa Yesus anak manusia bukan "anak Tuhan".
A: Baik, akan saya penuhi harapan Saudara, silahkan Saudara periksa di Matius pasal 16 ayat 27.
B: Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan: "Karena anak manusia datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang menurut perbuatannya".
A: Di ayat ini ada menyebutkan anak manusia, menurut tafsiran Saudara, siapakah yang dimaksudkan dengan anak manusia di ayat ini?
B: Ya, tentu Yesus.
A: Jadi di Kitab Injil sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah "anak manusia"; bukan anak Tuhan, betulkah atau tidak?
B: Ya, betul.
A: Nah, kalau betul, mengapa Saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan?
B: Yesus itu Tuhan tapi diserupakan dengan manusia.
A: Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa diperanakkan oleh manusia (Maria). Yesus berupa manusia karena diperanakkan oleh manusia (Maria). Terlalu janggal kalau manusia (Maria) memperanakkan Tuhan. Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan bathin (Kerohanian) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia? Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract (Exact abstract Wetenschap) menerimanya?
B: Ya, memang mustahil ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.
A: Bukan itu saja, malah di Kitab Injil Saudara Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan utusan Tuhan. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.
B: Betul, telah Bapak sebutkan. Tetapi saya minta diulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa susunannya.
A: Silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 30.
B: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: "Suatupun tiada aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana aku dengar, dan hukuman itu adil adanya; karenanya bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku".
A: Ayat ini tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan. Di ayat ini Yesus memberitahukan bahwa ia tidak berbuat menurut kehendak Tuhan, maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan disuruh (diutus) menjadi utusan?
B: Ya, saya mengaku; Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.
A: Demi kepuasan Saudara, silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.
B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: "Seorang pun tidak naik ke surga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia".
A: Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang saya tunjukkan dan Saudara sendiri yang memeriksa dan membacanya itu, maka sekali lagi saya bertanya: "Anak manusiakah Yesus itu atau anak Tuhan"?
B: Ya, berdasarkan ayat-ayat tersebut saya berkata: "Yesus adalah anak manusia".
A: Di ayat yang Saudara baca tapi, Matius pasal 16 ayat 27, selain menyebutkan bahwa Yesus itu anak manusia, juga menyebutkan bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut perbuatannya. Betulkah begitu? silahkan periksa kembali.
B: Ya, betul di ayat itu ada menyebutkan.
A: Menurut susunan ayat tersebut, jelas: "Menolak adanya dosa waris" berdasarkan ayat tersebut setiap orang akan dibalas menurut perbuatannya masing-masing, jadi tidak ada penebus dosa.
B: Ya, tentang dosa waris telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui "tidak ada dosa waris".
A: Betul, sudah kita bicarakan, saya hanya menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi keterangan yang lalu.
B: Sudah cukup jelas keterangan Bapak.
A: Jelas bagaimana?
B: Berdasarkan ayat-ayat Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak tuhan melainkan anak manusia. Dan berdasarkan Kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan "pesuruh (Utusan) Tuhan".
A: Syukurlah kalau begitu. Jadi bagaimanakah kepercayaan Saudara sekarang terhadap "Trinitas" (Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus)?
B: Dengan sendirinya kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.
A: Alhamdulillah, jadi Saudara mengakui bahwa Tuhan itu TUNGGAL?
B: Sebelum itu saya ingin menyampaikan pertanyaan.
A: Baik, tetapi Saudara telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan saudara-saudara yang hadir juga telah ikut menyaksikan bahwa: Pertama, Saudara telah membenarkan kitab Al Qur'an. Beberapa ayat Al Qur'an yang Saudara kemukakan yang pada mulanya oleh Saudara dianggap berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu Saudara akui bahwa ayat-ayat tersebut pada hakikatnya tidak ada perselisihan antara yang satu dengan yang lain. Bukankah begitu pengakuan Saudara?
B: Ya, betul begitu.
A: Kedua, Pada pertemuan yang lalu Saudara telah mengakui kebenaran Nabi Muhammad SAW selaku Utusan Tuhan, betulkah demikian?
B: Ya, betul saya telah mengakuinya.
A: Ketiga, Saudara telah membenarkan bahwa ayat-ayat di Kitab Injil (Bibel) terdapat beberapa ayat yang berselisih antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayat-ayatnya pada pertemuan yang lalu, benarkah pengakuan Saudara itu?
B: Ya, saya mengakui. Akan tetapi saya masih memerlukan bukti-bukti yang lain tentang ayat-ayat Injil yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain, demi kepuasan bagi saya, walaupun sebenarnya keterangan Bapak saya pandang cukup memuaskan. Tetapi mungkin ada lagi ayat-ayat yang lain untuk meresapnya ke perasaan saya.
A: Baiklah, saya penuhi pengharapan Saudara, silahkan Saudara periksa kitab Yahya pasal 8 ayat 14.
B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: "Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu".
Kesaksian
A: Silahkan periksa lagi Yahya 5 ayat 31.
B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: "Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku tidak benar".
A: Nah, Saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini. Di satu ayat menyebutkan: "Kesaksianku benar", sedangkan di ayat lain menyebutkan "Kesaksianku tidak benar". Dua ayat yang berselisih itu, tersebut di kitab suci. Dan yang berbicara adalah seorang. Manakah yang benar antara dua ayat ini? Wajarkah di dalam kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain?
B: Ya, saya akui memang tidak cocok.
A: Bukan saja tidak cocok, tetapi adalah satu selisih yang menyolok.
B: Tetapi mungkin salah satu dari ayat tersebut salah cetak.
A: Sekiranya salah cetak, tentunya ada ralat; tetapi di kitab ini tidak disebutkan apa-apa.
B: Bibel ini berbahasa Indonesia, permisi sebentar, saya akan memeriksa Bibel yang berbahasa Inggris.
A: Itu lebih baik, sayakah yang akan memeriksa ataukah Saudara?
B: Oleh karena Bapak banyak hafal ayat-ayat Bibel maka saya serahkan agar Bapak saja memeriksanya, sepaya lebih cepat.
A: Baiklah; harap Saudara memperhatikan juga saudara-saudara yang hadir, kitab yang saya pegang ini adalah Bibel berbahasa Inggris ialah "The Holy Bible" "Containing the Old and New Testaments (American Bible Society)". Saya serahkan kitab ini kepada Saudara Antonius dan saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya untuk diteliti bersama.
B: Baik, saya terima Kitab Bibel yang berbahasa Inggris.
A: Silahkan Saudara periksa di Yahya pasal 8 ayat 14 pada halaman 104.
B: Baik, di halaman 104 kitab Yahya pasal 8 ayat 14 di sini ada menyebutkan: "THOUGH I BEAR RECORD OF MY SELF, YET MY RECORD IS TRUE"
A: Kalau susunan ayat ini kita salin ke dalam bahasa Indonesia, adalah demikian: "Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksianku itu" Betulkah begitu artinya?
B: Ya, betul begitu.
A: Jadi sama artinya dengan Injil yang berbahasa Indonesia di Yahya pasal 8 ayat 14, harap Saudara cocokkan dulu.
B: Betul, artinya sama kuatnya.
A: Sekarang silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 31.
B: di sini menyebutkan: "IF BEAR WITNES OF MYSELF, MY WITNES IS NOT TRUE".
A: Ayat ini kalau kita salin ke dalam bahasa Indonesia akan demikian: "Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku itu tiada benar". Betulkah begitu?
B: Ya, benar.
A: Silahkan Saudara periksa lebih teliti lagi di Kitab Bibel yang berbahasa Inggris ini. Di satu ayat menyebutkan "IS TRUE" adalah benar, sedangkan di ayat lain menyebutkan "IS NOT TRUE" adalah tidak benar.
B: Ya, memang berbeda.
A: Kalau begitu, di Injil yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak ada perbedaan arti dan maksudnya.
B: Betul Demikian.
A: Jadi tidak salah cetak, yang salah ialah yang mengisi kitab suci itu. Kalau betul kitab suci (Injil) itu wahyu dari Tuhan, mustahil ayat-ayatnya akan berselisih antara yang satu dengan yang lain. Jadi kitab itu telah dicampuri oleh tangan manusia.
B: Menurut pendapat saya, dua ayat itu bukan berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut, lalu kemudian diganti dengan ayat yang lain. Jelasnya, ayat yang satu di hapus diganti dengan ayat yang lain (yang baru). Setahu saya dalam ayat-ayat Al Qur'an terdapat apa yang disebut "Nasich dan Mansuch" ialah satu ayat terhapus hukumnya, lalu diganti dengan ayat yang lain (hukum yang baru).
A: Di dalam Al Qur'an terdapat "Nasich dan Mansuch", ada disebutkan ayatnya, tetapi di Kitab Injil sama sekali tidak disebutkan.
B: Di manakah di dalam Al Qur'an yang menyebutkan ayat tentang Nasich dan Mansuch itu?
A: Sebetulnya sayalah yang harus bertanya kepada Saudara, oleh karena dari Saudaralah timbulnya ucapan Nasich-Mansuch itu. Akan tetapi sekalipun demikian, akan saya tunjukkan; ialah di surat Al Baqarah ayat 106. Susunan ayat itu ada ulama yang menafsirkan tentang adanya "Nasich dan Mansuch". Sebagian lagi ada yang menafsirkan bahwa susunan ayat tersebut tidak menunjukkan adanya Nasich-Mansuch. Kalau Saudara memerlukan, akan saya terangkan tafsirnya ayat tersebut.
B: Hal itu, baiklah kita tangguhkan dulu. Tetapi sehubungan dengan dua ayat di Bibel yang tadi, saya berpendapat bukan berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan ayat lain, sehingga nampaknya ada berlawanan. Bolehkah saya berikan misal?
A: Silahkan, Saudara berhak penuh berbicara dengan saya dalam pertemuan kita ini.
B: Saya sebutkan misal: Dikeluarkan suatu peraturan, setiap pengendara sepeda di waktu malam diharuskan memakai lampu. Kemudian datang lagi peraturan tidak boleh pakai lampu, karena ada peperangan misalnya. Di sini ada dua peraturan, yang pertama: "Diharuskan memakai lampu" sedang yang kedua "Dilarang". Dua perintah itu, yang terpakai adalah yang kemudian. Demikian juga dua ayat di Bibel tadi tidak berlawanan, melainkan salah satu di antaranya sudah tidak berlaku lagi (dicabut). Ini menurut pendapat saya.
A: Baiklah, tetapi tentunya Saudara mengerti, apabila suatu peraturan yang diganti, mestinya harus diikuti penjelasan, bahwa artikel nomer sekian ayat sekian, tahun sekian dicabut, diganti dengan artikel nomer sekian dan selanjutnya. Akan tetapi dua ayat di Bibel itu, tidak ada sebutan ayat yang satu diganti, dengan lain kata dua ayat tetap berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada penjelasan bahwa salah satu telah dicabut, atau diganti.
Mengakui Nabi Muhammad SAW Utusan Allah
A: Sesudah saya terangkan pada Saudara tentang ayat-ayat Al Qur'an yang menerangkan tentang proses asal kejadian manusia yang Saudara tanyakan ayat-ayatnya kemarin malam itu, apakah terdapat pertentangan? Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan menyampaikan sebagaimana Saudara sangka semula?
B: Tidak ada, Bapak telah menerangkan dari segi Ilmiah yang seharusnya secara jujur saya mempercayainya.
A: Jadi Nabi Muhammad benar, tidak kelirukah penyampaiannya?
B: Tidak keliru, malah benar.
A: Jadi Saudara mengakui bahwa Nabi Muhammad benar sebagai Rasul Allah?
B: Saya mengakui, karena beliau benar.
A: Terima kasih, saudara-saudara yang hadir menyaksikan sendiri pengakuan Saudara Antonius sendiri atas kerasulan Nabi Muhammad SAW, tanpa paksaan, melainkan dengan kesadarannya sendiri setelah berlangsung dengan diskusi. Betulkah Saudara mengakui kerasulan Nabi Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu utusan Allah?
B: Betul, dengan saksi Tuhan saya mengakuinya.
A: Alhamdulillah, Saudara Antonius sudah 50 % Islam. Saya katakan 50% Islam oleh karena hanya mengerti dan mempercayai atas kerasulan Nabi Muhammad, jadi masih tinggal 50% lagi, oleh karena Saudara belum meyakinkan atas ke-Esa-an Tuhan yang Maha Tunggal .
B: Ya, betul begitu. Keyakinan saya terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus) masih belum lenyap sama sekali, walaupun Bapak telah menerangkan Kitab Bibel yang tak dapat saya membantahnya. Akan tetapi dengan keterangan-keterangan Bapak saya mulai ragu-ragu terhadap Trinitas itu. Sungguhpun begitu, apakah Bapak masih bersedia lagi memberikan keterangan-keterangan (alasan-alasan) dalam Kitab Bibel yang menyebutkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan?
A: Sebetulnya pada pertemuan kita yang pertama telah saya sebutkan berdasarkan Kitab Injil sendiri bahwa Yesus bukan Tuhan seperti telah Saudara Periksa sendiri dalam Matius pasal 1 ayat 16; Markus pasal 13 ayat 32; Ulangan pasal 4 ayat 33; Ulangan pasal 6 ayat 4; Markus pasal 12 ayat 29. Kesemuanya itu telah kita baca. Tetapi demi untuk memenuhi pengharapan Saudara agar lebih meyakinkan, saya lanjutkan lagi. Silahkan baca Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.
B: Baik, di sini disebutkan: "Maka Yesus pun penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai Iblis. Selama itu suatu apa pun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia merasa lapar.
A: Di ayat ini menyebutkan bahwa Rohul Kudus membawa Yesus ke padang belantara. Kalau Yesus itu Tuhan, mustahil akan dapat dibawa oleh siapa pun juga. Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dicobai oleh Iblis atau wajarkah Iblis berani mencobai Tuhan? Di ayat ini pun ada menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar. Wajarkah Tuhan itu lapar? Kalau begitu sifat-sifat Yesus itu sama saja dengan sifat manusia biasa; bisa dibawa, bisa dicobai iblis dan merasa lapar. Periksa lagi Matius pasal 4 ayat 5.
B: Baik, di situ menyebutkan: "Kemudian daripada itu Iblis itu pun membawa Yesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya dia di atas bumbung bait Allah".
A: Di ayat ini ada menyebutkan bahwa Yesus dibawa oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis? Wajarkah Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dibawa kemana-mana, ke suatu tempat? Pantaskah Iblis begitu berani kepada Tuhan? Periksa lagi Matius pasal 27 ayat 1 dan 2.
B: Baik, di situ menyebutkan: "Setelah hari siang, maka segala kepala Imam dan orang tua-tua kaum pun berundinglah atas hal Yesus supaya dibunuhkan dia. Maka diikatnya dia serta dibawa pergi, lalu diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil pemerintah".
A: Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus diikat; pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia? Kalau begitu dimanakah kekuatan Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya kepada manusia? Periksa lagi Lukas pasal 2 ayat 21.
B: Baik, di situ menyebutkan: "Apabila genap delapan hari, ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus ... "
A: Wajarkah Tuhan itu disunat? Perlu apakah Tuhan itu disunat?
Terang yang Menyebutkan bahwa Yesus adalah Anak Manusia, Bukan Anak Tuhan
B: Apakah ada keterangan yang lebih tegas bahwa Yesus itu benar-benar anak manusia bukan anak Tuhan?
A: Silahkan buka Matius pasal 26 ayat 2.
B: Baik, disitu menyebutkan bahwa: "Anak manusia akan diserahkan supaya disalibkan."
A: Yang dimaksud anak manusia di situ Yesus. Jadi jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Silahkan periksa di Matius pasal 5 ayat 45.
B: Baik, di situ menyebutkan bahwa: "Supaya kamu menjadi anak Bapamu ... dan seterusnya."
A: Di sini menyebutkan bahwa orang-orang yang taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan menjadi anak Tuhan. Jadi bukan saya yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan yang Tunggal, melainkan anak-anak Tuhan itu akan bertambah lagi jumlahnya, berdasarkan Kitab Bibel sendiri di Matius pasal 5 ayat 45 yang kita baca tadi ialah: "Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu ... " Silahkan buka Matius pasal 7 ayat 21.
B: Di situ menyebutkan: "Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru aku: Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan sorga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga."
A: Di Bibel sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang menyerukan: "Tuhan, Tuhan" kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan sorga. Apakah belum cukup bukti-bukti yang telah saya tunjukkan kepada Saudara?
B: Sudah Cukup. Terima kasih; tetapi kalau masih ada, saya minta, demi kepuasan saya.
A: Minta yang mana lagi yang Saudara maksudkan?
B: Yang menyebutkan di Kitab Injil bahwa Yesus anak manusia bukan "anak Tuhan".
A: Baik, akan saya penuhi harapan Saudara, silahkan Saudara periksa di Matius pasal 16 ayat 27.
B: Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan: "Karena anak manusia datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang menurut perbuatannya".
A: Di ayat ini ada menyebutkan anak manusia, menurut tafsiran Saudara, siapakah yang dimaksudkan dengan anak manusia di ayat ini?
B: Ya, tentu Yesus.
A: Jadi di Kitab Injil sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah "anak manusia"; bukan anak Tuhan, betulkah atau tidak?
B: Ya, betul.
A: Nah, kalau betul, mengapa Saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan?
B: Yesus itu Tuhan tapi diserupakan dengan manusia.
A: Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa diperanakkan oleh manusia (Maria). Yesus berupa manusia karena diperanakkan oleh manusia (Maria). Terlalu janggal kalau manusia (Maria) memperanakkan Tuhan. Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan bathin (Kerohanian) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia? Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract (Exact abstract Wetenschap) menerimanya?
B: Ya, memang mustahil ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.
A: Bukan itu saja, malah di Kitab Injil Saudara Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan utusan Tuhan. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.
B: Betul, telah Bapak sebutkan. Tetapi saya minta diulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa susunannya.
A: Silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 30.
B: Di pasal dan ayat ini menyebutkan: "Suatupun tiada aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana aku dengar, dan hukuman itu adil adanya; karenanya bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku".
A: Ayat ini tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan. Di ayat ini Yesus memberitahukan bahwa ia tidak berbuat menurut kehendak Tuhan, maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan disuruh (diutus) menjadi utusan?
B: Ya, saya mengaku; Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.
A: Demi kepuasan Saudara, silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.
B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: "Seorang pun tidak naik ke surga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia".
A: Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang saya tunjukkan dan Saudara sendiri yang memeriksa dan membacanya itu, maka sekali lagi saya bertanya: "Anak manusiakah Yesus itu atau anak Tuhan"?
B: Ya, berdasarkan ayat-ayat tersebut saya berkata: "Yesus adalah anak manusia".
A: Di ayat yang Saudara baca tapi, Matius pasal 16 ayat 27, selain menyebutkan bahwa Yesus itu anak manusia, juga menyebutkan bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut perbuatannya. Betulkah begitu? silahkan periksa kembali.
B: Ya, betul di ayat itu ada menyebutkan.
A: Menurut susunan ayat tersebut, jelas: "Menolak adanya dosa waris" berdasarkan ayat tersebut setiap orang akan dibalas menurut perbuatannya masing-masing, jadi tidak ada penebus dosa.
B: Ya, tentang dosa waris telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui "tidak ada dosa waris".
A: Betul, sudah kita bicarakan, saya hanya menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi keterangan yang lalu.
B: Sudah cukup jelas keterangan Bapak.
A: Jelas bagaimana?
B: Berdasarkan ayat-ayat Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak tuhan melainkan anak manusia. Dan berdasarkan Kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan "pesuruh (Utusan) Tuhan".
A: Syukurlah kalau begitu. Jadi bagaimanakah kepercayaan Saudara sekarang terhadap "Trinitas" (Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus)?
B: Dengan sendirinya kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.
A: Alhamdulillah, jadi Saudara mengakui bahwa Tuhan itu TUNGGAL?
B: Sebelum itu saya ingin menyampaikan pertanyaan.
A: Baik, tetapi Saudara telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan saudara-saudara yang hadir juga telah ikut menyaksikan bahwa: Pertama, Saudara telah membenarkan kitab Al Qur'an. Beberapa ayat Al Qur'an yang Saudara kemukakan yang pada mulanya oleh Saudara dianggap berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu Saudara akui bahwa ayat-ayat tersebut pada hakikatnya tidak ada perselisihan antara yang satu dengan yang lain. Bukankah begitu pengakuan Saudara?
B: Ya, betul begitu.
A: Kedua, Pada pertemuan yang lalu Saudara telah mengakui kebenaran Nabi Muhammad SAW selaku Utusan Tuhan, betulkah demikian?
B: Ya, betul saya telah mengakuinya.
A: Ketiga, Saudara telah membenarkan bahwa ayat-ayat di Kitab Injil (Bibel) terdapat beberapa ayat yang berselisih antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayat-ayatnya pada pertemuan yang lalu, benarkah pengakuan Saudara itu?
B: Ya, saya mengakui. Akan tetapi saya masih memerlukan bukti-bukti yang lain tentang ayat-ayat Injil yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain, demi kepuasan bagi saya, walaupun sebenarnya keterangan Bapak saya pandang cukup memuaskan. Tetapi mungkin ada lagi ayat-ayat yang lain untuk meresapnya ke perasaan saya.
A: Baiklah, saya penuhi pengharapan Saudara, silahkan Saudara periksa kitab Yahya pasal 8 ayat 14.
B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: "Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu".
Kesaksian
A: Silahkan periksa lagi Yahya 5 ayat 31.
B: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: "Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku tidak benar".
A: Nah, Saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini. Di satu ayat menyebutkan: "Kesaksianku benar", sedangkan di ayat lain menyebutkan "Kesaksianku tidak benar". Dua ayat yang berselisih itu, tersebut di kitab suci. Dan yang berbicara adalah seorang. Manakah yang benar antara dua ayat ini? Wajarkah di dalam kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain?
B: Ya, saya akui memang tidak cocok.
A: Bukan saja tidak cocok, tetapi adalah satu selisih yang menyolok.
B: Tetapi mungkin salah satu dari ayat tersebut salah cetak.
A: Sekiranya salah cetak, tentunya ada ralat; tetapi di kitab ini tidak disebutkan apa-apa.
B: Bibel ini berbahasa Indonesia, permisi sebentar, saya akan memeriksa Bibel yang berbahasa Inggris.
A: Itu lebih baik, sayakah yang akan memeriksa ataukah Saudara?
B: Oleh karena Bapak banyak hafal ayat-ayat Bibel maka saya serahkan agar Bapak saja memeriksanya, sepaya lebih cepat.
A: Baiklah; harap Saudara memperhatikan juga saudara-saudara yang hadir, kitab yang saya pegang ini adalah Bibel berbahasa Inggris ialah "The Holy Bible" "Containing the Old and New Testaments (American Bible Society)". Saya serahkan kitab ini kepada Saudara Antonius dan saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya untuk diteliti bersama.
B: Baik, saya terima Kitab Bibel yang berbahasa Inggris.
A: Silahkan Saudara periksa di Yahya pasal 8 ayat 14 pada halaman 104.
B: Baik, di halaman 104 kitab Yahya pasal 8 ayat 14 di sini ada menyebutkan: "THOUGH I BEAR RECORD OF MY SELF, YET MY RECORD IS TRUE"
A: Kalau susunan ayat ini kita salin ke dalam bahasa Indonesia, adalah demikian: "Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksianku itu" Betulkah begitu artinya?
B: Ya, betul begitu.
A: Jadi sama artinya dengan Injil yang berbahasa Indonesia di Yahya pasal 8 ayat 14, harap Saudara cocokkan dulu.
B: Betul, artinya sama kuatnya.
A: Sekarang silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 31.
B: di sini menyebutkan: "IF BEAR WITNES OF MYSELF, MY WITNES IS NOT TRUE".
A: Ayat ini kalau kita salin ke dalam bahasa Indonesia akan demikian: "Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku itu tiada benar". Betulkah begitu?
B: Ya, benar.
A: Silahkan Saudara periksa lebih teliti lagi di Kitab Bibel yang berbahasa Inggris ini. Di satu ayat menyebutkan "IS TRUE" adalah benar, sedangkan di ayat lain menyebutkan "IS NOT TRUE" adalah tidak benar.
B: Ya, memang berbeda.
A: Kalau begitu, di Injil yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak ada perbedaan arti dan maksudnya.
B: Betul Demikian.
A: Jadi tidak salah cetak, yang salah ialah yang mengisi kitab suci itu. Kalau betul kitab suci (Injil) itu wahyu dari Tuhan, mustahil ayat-ayatnya akan berselisih antara yang satu dengan yang lain. Jadi kitab itu telah dicampuri oleh tangan manusia.
B: Menurut pendapat saya, dua ayat itu bukan berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut, lalu kemudian diganti dengan ayat yang lain. Jelasnya, ayat yang satu di hapus diganti dengan ayat yang lain (yang baru). Setahu saya dalam ayat-ayat Al Qur'an terdapat apa yang disebut "Nasich dan Mansuch" ialah satu ayat terhapus hukumnya, lalu diganti dengan ayat yang lain (hukum yang baru).
A: Di dalam Al Qur'an terdapat "Nasich dan Mansuch", ada disebutkan ayatnya, tetapi di Kitab Injil sama sekali tidak disebutkan.
B: Di manakah di dalam Al Qur'an yang menyebutkan ayat tentang Nasich dan Mansuch itu?
A: Sebetulnya sayalah yang harus bertanya kepada Saudara, oleh karena dari Saudaralah timbulnya ucapan Nasich-Mansuch itu. Akan tetapi sekalipun demikian, akan saya tunjukkan; ialah di surat Al Baqarah ayat 106. Susunan ayat itu ada ulama yang menafsirkan tentang adanya "Nasich dan Mansuch". Sebagian lagi ada yang menafsirkan bahwa susunan ayat tersebut tidak menunjukkan adanya Nasich-Mansuch. Kalau Saudara memerlukan, akan saya terangkan tafsirnya ayat tersebut.
B: Hal itu, baiklah kita tangguhkan dulu. Tetapi sehubungan dengan dua ayat di Bibel yang tadi, saya berpendapat bukan berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan ayat lain, sehingga nampaknya ada berlawanan. Bolehkah saya berikan misal?
A: Silahkan, Saudara berhak penuh berbicara dengan saya dalam pertemuan kita ini.
B: Saya sebutkan misal: Dikeluarkan suatu peraturan, setiap pengendara sepeda di waktu malam diharuskan memakai lampu. Kemudian datang lagi peraturan tidak boleh pakai lampu, karena ada peperangan misalnya. Di sini ada dua peraturan, yang pertama: "Diharuskan memakai lampu" sedang yang kedua "Dilarang". Dua perintah itu, yang terpakai adalah yang kemudian. Demikian juga dua ayat di Bibel tadi tidak berlawanan, melainkan salah satu di antaranya sudah tidak berlaku lagi (dicabut). Ini menurut pendapat saya.
A: Baiklah, tetapi tentunya Saudara mengerti, apabila suatu peraturan yang diganti, mestinya harus diikuti penjelasan, bahwa artikel nomer sekian ayat sekian, tahun sekian dicabut, diganti dengan artikel nomer sekian dan selanjutnya. Akan tetapi dua ayat di Bibel itu, tidak ada sebutan ayat yang satu diganti, dengan lain kata dua ayat tetap berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada penjelasan bahwa salah satu telah dicabut, atau diganti.
[PUSTAKA DAI]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar