Pandangan Warga Amerika Tentang Islam. Pandangan bahwa Islam identik dengan kekerasan di kalangan warga Amerika Serikat (AS) menurun. Namun demikian, mereka juga memandang bahwa saat ini Muslim di AS masih terus menghadapi diskriminasi yang lebih hebat dibanding kelompok lain. Fakta tersebut terungkap dalam hasil survei yang digelar Pew Research Center seperti dikutip Kantor Berita AP.
Menurut survei itu pula, pandangan warga AS tentang Islam terus berfluktuasi sejak peristiwa peledakan menara WTC 11 September 2002. Di tahun 2007, masih terdapat 45 persen warga AS yang percaya bahwa Islam merupakan ajaran yang paling kuat mendorong terjadinya tindak kekerasan. Tahun ini, angkanya menurun menjadi 38 persen. Kebanyakan pihak yang masih percaya Islam sebagai agama kekerasan itu berasal dari pendukung konservatif Partai Republik.
Hasil survei kali ini menunjukkan perubahan paling signifikan pandangan warga AS tentang Islam sejak tahun 2007. Survei yang dijalankan melalui telepon tersebut juga menggambarkan bahwa pemahaman tentang Islam yang sebenarnya mulai tumbuh. Sebanyak 41 persen responden mengetahui Allah SWT sebagau Tuhan umat Islam dan Alquran sebagai Kitab Sucinya. Angka ini naik dibanding tahun 2002 yang hanya mencapai 33 persen.
Ibrahim Hooper, juru bicara Council on American-Islamic Relations (CAIR) menjelaskan bahwa hasil survei Pew ini sesuai dengan risetnya. Dia menyalahkan kelompok kecil di lingkungan Islam di AS yang menjadikan citra Islam menjadi bias. ''Sayangnya, kebanyakan warga justru fokus pada kelompok kecil ini,'' tutur dia. Padahal, kata Ibrahim, 99,9 persen Muslim hidup dan mati tanpa bersentuhan dengan aksi kekerasan.
Namun demikian, seorang mahasiswa Muslim Universitas Loyola Chicago, Seemi Choudry, memandang skeptis hasil survei tersebut. Dia menduga, pemahaman warga AS tentang Islam itu lebih banyak didorong oleh informasi yang mereka akses melalui media dan budaya pop yang berkembang di wilayahnya. Jika itu yang terjadi, dia mengaku tidak yakin bahwa persepsi warga AS tentang Islam memang sudah sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Sayang, survei tersebut memang tidak menggambarkan sumber informasi tentang Islam yang menjadi rujukan warga AS. Secara pribadi, Seemi mengungkapkan, dirinya tidak pernah mengalami diskriminasi. Namun demikian, dia yakin bahwa Muslim di seluruh AS mengalami ancaman yang berbeda-beda.
Survei Pew ini mengambil responden dari kalangan warga biasa, insan pers, juga kelompok keagamaan dan digelar dalam periode 11-17 Agustus 2009 dengan melibatkan 2.010 responden. Tingkat kesalahan dari survei ini sekitar 2,5 persen. Startribun.com/irf
Menurut survei itu pula, pandangan warga AS tentang Islam terus berfluktuasi sejak peristiwa peledakan menara WTC 11 September 2002. Di tahun 2007, masih terdapat 45 persen warga AS yang percaya bahwa Islam merupakan ajaran yang paling kuat mendorong terjadinya tindak kekerasan. Tahun ini, angkanya menurun menjadi 38 persen. Kebanyakan pihak yang masih percaya Islam sebagai agama kekerasan itu berasal dari pendukung konservatif Partai Republik.
Hasil survei kali ini menunjukkan perubahan paling signifikan pandangan warga AS tentang Islam sejak tahun 2007. Survei yang dijalankan melalui telepon tersebut juga menggambarkan bahwa pemahaman tentang Islam yang sebenarnya mulai tumbuh. Sebanyak 41 persen responden mengetahui Allah SWT sebagau Tuhan umat Islam dan Alquran sebagai Kitab Sucinya. Angka ini naik dibanding tahun 2002 yang hanya mencapai 33 persen.
Ibrahim Hooper, juru bicara Council on American-Islamic Relations (CAIR) menjelaskan bahwa hasil survei Pew ini sesuai dengan risetnya. Dia menyalahkan kelompok kecil di lingkungan Islam di AS yang menjadikan citra Islam menjadi bias. ''Sayangnya, kebanyakan warga justru fokus pada kelompok kecil ini,'' tutur dia. Padahal, kata Ibrahim, 99,9 persen Muslim hidup dan mati tanpa bersentuhan dengan aksi kekerasan.
Namun demikian, seorang mahasiswa Muslim Universitas Loyola Chicago, Seemi Choudry, memandang skeptis hasil survei tersebut. Dia menduga, pemahaman warga AS tentang Islam itu lebih banyak didorong oleh informasi yang mereka akses melalui media dan budaya pop yang berkembang di wilayahnya. Jika itu yang terjadi, dia mengaku tidak yakin bahwa persepsi warga AS tentang Islam memang sudah sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Sayang, survei tersebut memang tidak menggambarkan sumber informasi tentang Islam yang menjadi rujukan warga AS. Secara pribadi, Seemi mengungkapkan, dirinya tidak pernah mengalami diskriminasi. Namun demikian, dia yakin bahwa Muslim di seluruh AS mengalami ancaman yang berbeda-beda.
Survei Pew ini mengambil responden dari kalangan warga biasa, insan pers, juga kelompok keagamaan dan digelar dalam periode 11-17 Agustus 2009 dengan melibatkan 2.010 responden. Tingkat kesalahan dari survei ini sekitar 2,5 persen. Startribun.com/irf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar