Revisi Salah Arah, Alkitab Semakin Rancu

Revisi Salah Arah, Membuat Alkitab Semakin Rancu. Tidak bisa dibantah lagi, bahwa secara etimologis kata Allah berasal dari bahasa Arab, setidaknya telah tertulis di dalam kitab suci Al-Qur'an semenjak tahun 633 M, yaitu ketika untuk pertama kalinya kitab wahyu tersebut dibukukan oleh Zayd ibn Tsabit atas perintah Khulafaur Rasyidin I, Abu Bakar ash-Shiddiq.

Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari pemadatan al dan Ilah. Ia berarti Tuhan atau menyiratkan Satu Tuhan. Dengan kata lain, tidak ada tuhan selain
Allah. Allah adalah nama diri Dzat Rabb Semesta Alam. Ia tidak dapat diterjemahkan dengan kata lain, misalnya, God, Tuhan, atau Gusti. Ia juga tidak dapat dijadikan terjemahan untuk bahasa manapun. Lafadz-nya dinamakan Lafzhul Jalalah.

Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya, Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. (QS. 2:255)

Sesungguhnya Aku ini adalah
Allah tidak ada tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. 20:14)

Dan Dialah
Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 28:70)

Katakanlah: "Dialah
Allah, Yang Mahaesa; Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia." (QS. 112:1-4)

Allah bukanlah roh (karena roh adalah makhluk) dan bukan pula dzat yang menyerupai makhluk sebagaimana disiratkan dalam catatan Alkitab. Ia adalah Dzat yang ghaib, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya.

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS. 42:11)

Karenanya,
Allah, mengutuk keras kepada orang-orang yang menuhankan makhluk seperti Isa al-Masih (Yesus) dan Roh Kudus (malaikat Jibril), dan menjanjikan akan memasukkan mereka ke dalam neraka Jahannam.

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
Allah adalah Mesias anak Maria", padahal Mesias (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah AllahTuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. 5:72-73)

Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) dan Musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. 98:6)

Setelah membaca ulasan singkat di atas, marilah kita lihat bersama-sama bagaimana para penyusun Alkitab Indonesia secara membabi-buta dan tanpa malu-malu mencatut kata
Allah untuk tujuan tertentu yang amat menyesatkan, berikut ini, antara lain (cetak biru ditambahkan):

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh
Allah melayang-layang di atas permukaan air. (Kejadian 1:2)

Salah-arah: Roh
Allah, seharusnya: Roh Elohim.

Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian: 1:26)

Salah-arah:
Allah, seharusnya: Elohim.

Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN
Allah menjadikan bumi dan langit, (Kejadian 2:4)

Salah-arah: TUHAN
Allah, seharusnya: JAHWEH.

Lagi Ia berfirman: "Akulah
Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandangAllah. (Keluaran 3:6)

Salah-arah:
Allah, seharusnya: Tuhan (Allah adalah nama Dzat, bukan istilah).

Akulah TUHAN,
Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. (Ulangan 5:6)

Salah-arah: TUHAN,
Allahmu, seharusnya: ELOHIM, Tuhanmu.

Jangan ada padamu
Allah lain di hadapan-Ku. (Ulangan 5:7)

Salah-arah:
Allah, seharusnya: tuhan (Allahadalah nama Dzat, bukan istilah).

Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN
Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (Ulangan 5:8-9)

Salah-arah: TUHAN
Allahmu, adalah Allah, seharusnya: ELOHIM Tuhanmu, adalah Tuhan.

Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN,
Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (Ulangan 18:15)

Salah-arah: TUHAN,
Allahmu, seharusnya: ELOHIM, Tuhanmu.

DAN LAIN SEBAGAINYA.

Tampak jelas bagaimana para penyusun Alkitab Indonesia telah salah-arah atau mungkin sengaja menempatkan kata
Allah sebagai istilah untuk penyebutan Tuhan. Padahal, Allah adalah nama diri Dzat Rabb Semesta Alam yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa manapun dan tidak dapat dijadikan terjemahan untuk bahasa manapun! (Harap baca kembali ulasan singkat di atas!).

Lebih jauh, pengucapan Lafzhul Jalalah pada kata
Allah harus diucapkan seperti ketika orang Islam menyebut Allah (lam kembar), sebaliknya, umat Kristen Indonesia mengucapkan kata Allah seperti ketika kita membaca kata alah (lam tunggal). Sudah salah-arah, tersesat pula.

Namun demikian, terlepas dari persoalan salah-arah di atas, harus dipahami, bahwa baik Elohim maupun Jahweh, keduanya pada hakikatnya merujuk pada satu Tuhan yang sama yaitu
Allah. Kedua istilah Tuhan Yahudi tersebut, hanyalah memberikan identifikasi/ciri khas bagi suku-suku Israel yang turut andil dalam penyusunan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama. Elohim adalah Tuhannya Kerajaan Israel Utara, sedangkan Jahweh adalah Tuhannya Kerajaan Israel Selatan dari suku Yehuda dan Benyamin, pada masa lampau. [ pakdemono ]



My be this artikel's that you need...!!!



2 komentar:

  1. Anda juga perlu belajar asal bahasa arab & arti nama ALLAH sebelum dipakai umat Islam.

    Induk bahasa Arab/Ibrani berasal dari satu bahasa sebelum kisah Babel, jadi kalau ingin menyebut nama ALLAH kenapa tidak: EL ( lebih murni ).

    Tahukah anda nama ALLAH dipakai untuk nama dewa pada masa jahiliyah, kenapa tetap dipakai ?

    BalasHapus
  2. aahay..rupanya anda terpengaruh oleh buku karangan Robert Morey...

    nama Allah yang anda klaim sebagai nama dewa bulan sebenarnya ini sudah terlalu usang untuk didiskusikan, sebaiknya anda baca saja salah satu sumber dari banyak sumber lainnya, buku karangan Irene Handono yang judulnya Islam Dihujat.setidaknya ini akan membuka wacana berfikir anda.

    Keselamatan dan Kesejahteraan bagi mereka yang mengikuti petunjuk.

    BalasHapus