Ayo... Siapa Yang Mau Natalan ... ???!!!

Ayo... Siapa Yang Mau Natalan ... ???!!!. Bulan Desember bagi umat Kristen Katolik dan Protestan merupakan bulan yang istimewa. Bagaimana tidak, di dalam bulan ini pula menurut anggapan mereka, Sang Juru Selamat atau Tuhan Yesus di lahirkan kedunia pada tanggal 25 Desember. Gemerlap gempita perayaan inipun sudah terasa dari awal Desember dengan bertebarannya pamflet ataupun hiasan ornamen “Merry Christmas”, pohon cemara, maupun Sinterklas. Perayaan natal ini sungguhpun diakui oleh umat Kristen Katolik maupun Protestan sebagi sesuatu yang bernilai “ibadah”, tetapi tidak mempunyai landasan alkitabiah.

Perayaan natal yang di suguhkan diseluruh dunia ini sesungguhnya pada awalnya merupakan perayaan dari Katolik Roma.

Dalam Catholic Encyclopedia disebutkan dalam judul “Christmas”:

“Christmas was not among the earliest festivals of church...the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to Christmas.”

Kurang lebih terjemahannya sebagai berikut:

Christmas bukanlah upacara gereja yang decade awal…tetapi diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselengarakan oleh para penyembah berhala pada Januari ini kelak dijadkan sebagai hari kelahiran Yesus.

Selain itu di dalam Encyclopedia Britannica, yang diakui sebagai Ensiklopedia terlengkap, memuat hal yang sama perihal natal ini:

“Christmas was not among the earliest festival of the church…It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up afterward from paganism”

Terjemahannya adalah:

Christmas bukanlah upacara gereja decade awal. Kristus atau para rasul-rasulnya tidak pernah merayakannya, dan Alkitab tidak pernah menganjurkanya. Ini (Christmas) diambil dari ajaran para penyembah berhala.

Awal-awal mula agama Kristen berdiri tidak pernah terbesit suatu pikiran, bahkan oleh Paulus sendiri, untuk menyelenggarakan acara Natal ini. Para murid-murid asli Yesus dan muridnya para murid Yesus pun tidak pernah menyelenggarakan upacara ini dikarena dalam ajaran Perjanjian Lama sangat anti terhadap ajaran para pagan. Menurut para sarjana Kristen, natal yang diangap sebagai hari kelahiran Yesus ini mulai diresmikan sejak abad keempat. Pada mula abad kelima Gereja Barat (Katolik Roma) memerintahkan pada umat Kristen untuk merayakan hari Kelahiran Yesus yang diambil dari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran dewa Matahari”. Fakta sejarah yang tak terbantahkan tersebut merupakan bukti awal bahwasanya natal bukanlah ajaran Yesus dan para muridnya, melainkan ajaran penyembah berhala. Lalu apakah di dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Baru kelahiran Yesus di jelaskan? Benar sekali, di dalam Perjanjian Baru memang di sebutkan tentang kelahiran Yesus, tetapi tidak ada satupun bukti yang mengatakan bahwa Yesus lahir tanggal 25 Desember. Alkitab bercerita perihal kelahiran Yesus:

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
(Luk 2:1-8)

Dan pada Injil Matius di sebutkan:

Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
(Mat 2:1).

Ada beberapa poin yang harus kita cermati dalam hal ini, poin pertama yaitu bahwasanya Yesus di lahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Agustus yang memberi titah untuk sensus penduduk seluruh jajahan Romawi dan Raja Herodes, yang mana Yesus di lahirkan ketika gembala-gembala menjaga gembalaan mereka di padang rumput sewaktu malam hari. Ada beberapa poin sejarah yang saling berkontradiksi di sebabkan oleh ayat Injil tersebut. Kaisar Agustus Oktavianus yang meningal pada tahun 14 Masehi ketika menyuruh untuk melakukan sensus penduduk, pada saat Kirenius menjadi wali negeri Syria adalah sekitar tahun 7 M, jadi setidak-tidaknya Yesus di lahirkan pada tahun 7 M karena dua kali Kirenius memerintah sebagai wali negara Syria, perhatikan tafsir Injil Lukas berikut:

This statement has caused some difficulty. Luke seems to affirm that the enrolment took place the year Jesus was born, but while Cyrenius was governor of Syria. Now Cyrenius was governor of Syria from A. D. 6 to A. D. 11. There are two ways of settling the apparent difficulty: (1) Augustus Cæsar, incensed at Herod, ordered an enrolment for taxation of the Jews the year of the birth of Jesus. It was carried out in all probability by Cyrenius. The intercession of Herod's minister, Nicolas, averted the displeasure of Augustus and the taxation did not take place until Cyrenius was governor of Syria, after Archelaus, son of Herod, was deposed. These facts we learn from Josephus, and they remove the apparent discrepancy. But (2) A. W. Zumpt, of Berlin, followed by Alford and Schaff, make it highly probable that Cyrenius was governor of Syria twice, the first time from B. C. 4 to B. C. 1. I have not space for the argument which seems conclusive. But in B. C. 4 Jesus was born. Ancient writers, Christians as well as pagan opposers, state that Jesus was born while Cyrenius was governor of Syria
. (The People of New Testament)

Sedangkan Adam Clarke sendiri mempunyai tafsiran terhadap ayat Injil Lukas tersebut demikian:

The next difficulty in this text is found in this verse, which may be translated, Now this first enrolment was made when Quirinus was governor of Syria.

It is easily proved, and has been proved often, that Caius Sulpicius Quirinus, the person mentioned in the text, was not governor of Syria, till ten or twelve years after the birth of our Lord.

St. Matthew says that our Lord was born in the reign of Herod, Luk_2:1, at which time Quintilius Varus was president of Syria, (Joseph. Ant. book xvii. c. 5, sect. 2), who was preceded in that office by Sentius Saturninus. Cyrenius, or Quirinus, was not sent into Syria till Archelaus was removed from the government of Judea; and Archelaus had reigned there between nine and ten years after the death of Herod; so that it is impossible that the census mentioned by the evangelist could have been made in the presidency of Quirinus.

Several learned men have produced solutions of this difficulty; and, indeed, there are various ways of solving it, which may be seen at length in Lardner, vol. i. p. 248-329. One or other of the two following appears to me to be the true meaning of the text.

1. When Augustus published this decree, it is supposed that Quirinus, who was a very active man, and a person in whom the emperor confided, was sent into Syria and Judea with extraordinary powers, to make the census here mentioned; though, at that time, he was not governor of Syria, for Quintilius Varus was then president; and that when he came, ten or twelve years after, into the presidency of Syria, there was another census made, to both of which St. Luke alludes, when he says, This was the first assessment of Cyrenius, governor of Syria; for so Dr. Lardner translates the words. The passage, thus translated, does not say that this assessment was made when Cyrenius was governor of Syria, which would not have been the truth, but that this was the first assessment which Cyrenius, who was (i.e. afterwards) governor of Syria, made; for after he became governor, he made a second. Lardner defends this opinion in a very satisfactory and masterly manner. See vol. i. p. 317. etc.

2. The second way of solving this difficulty is by translating the words thus: This enrolment was made Before Cyrenius was governor of Syria; or, before that of Cyrenius. This sense the word πρωτος appears to have, Joh_1:30 : ὁτι πρωτος μου ην, for he was Before me. Joh_15:18 : The world hated me Before (πρωτον it hated you. See also 2Sa_19:43. Instead of πρωτη, some critics read προ της, This enrolment was made Before That of Cyrenius. Michaelis; and some other eminent and learned men, have been of this opinion: but their conjecture is not supported by any MS. yet discovered; nor, indeed, is there any occasion for it. As the words in the evangelist are very ambiguous, the second solution appears to me to be the best.(Adam Clarke’s Commentary on the Bible)

Tetapi hal yang aneh lainnya adalah ketika itu pula Herodes memerintah di Yerusalem. Menurut para sarjana, raja Herodes meninggal tahun 750 sejak kota Roma didirikan. Kalau di hitung menggunakan tarikh Masehi, maka tahun ini sama dengan tahun 4 SM, jadi sebenarnya Yesus itu lahir tahun 4 SM atau tahun 7 Masehi? Penulis mempersilahkan pembaca untuk menjawabnya, Selain bukti-bukti diatas, Alex I. Suwandi PR, dalam bukunya Tanya Jawab Syahadat Iman Katolik secara tegas juga menyangkal bahwa Yesus bukan di lahirkan pada 25 Desember:

“Kebiasaan merayakan Natal pada tanggal 25 Desember adalah tradisi sejak abad IV. Orang-orang Romawi (kafir) biasa merayakan pesta kelahiran Matahari yang Tak Terkalahkan (Sol Invicibilis) pada tanggal 25 Desember. Pesta kafir ini bertepatan dengan peralihan musim gugur ke musim dingin, dimana pada tanggal 25 desember,...oleh orang-orang Kristen, pesta kafir ini di kristenkan, karena bagi mereka Yesus adalah Sang Matahari Sejati. Oleh karena itu, sejak abad ke IV, orang-orang Kristen merayakan pesta Natal pada tangal 25 Desember.

Poin kedua adalah ketika Yesus di lahirkan para gembala menggembalakan ternak di tengah padang pada malam hari. Hal ini sangat tidak mungkin terjadi pada bulan Desember, karena adalah bulan Desember kondisi Palestina dan sekitarnya musim dingin yang mensuk tulang, kita jangan membayangkan bahwa Timur Tengah hanya ada gurun dan sengat matahari, tetapi perlu di ingat Timur Tengah terdapat musim dingin yang amat sangat di tambah ketika Yesus lahir, kejadian itu berlangsung di malam hari yang notabene bulan Desember ketika itu snagat dingin, salah satu komentator Perjanjian Baru, yaitu Adam Clarke berkomentar:

It was a custom among the Jews to send out their sheep to the deserts, about the passover, and bring them home at the commencement of the first rain: during the time they were out, the shepherds watched them night and day.

Terjemahannya adalah merupakan suatu kebiasaan kuno orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke lapangan terbuka sebelum hari Paskah dan membawanya pulang ketika permulaan hujan pertama: sejak domba-domba berada di luar, penggembala mengawasi mereka ternak siang dan malam.

Pada tempat yang sama, Adam Clarke berkomentar pula bahwa ajaran Natal tanggal 25 Desember haruslah disingkirkan, karena secara fakta sejarah, hal itu tidak dapat diterima.

As the passover occurred in the spring, and the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November, we find that the sheep were kept out in the open country during the whole of the summer. And as these shepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument that October had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flocks were out in the fields; nor could he have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground the nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact, which casts considerable light upon this disputed point. See the quotations from the Talmudists in Lightfoot.

“Hari Raya Paskah terjadi pada musim semi, dan hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kitapun mengetahui bahwa domba-domba itu di lepas di lapangan terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Tu(h)an kita tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di lapangan terbuka pada malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena dalam bulan inilah domba-domba masih berada pada waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember harus di singkirkan. Memberi makan ternak di malam hari adalah fakta sejarah...sebagaimana yang diperlihatkan dalam ajaran Talmud dalam “Ringan Kaki”

Berdasarkan fakta sejarah Yesus tidak dilahirkan pada bulan Desember, dan berdasarkan Alkitab sendiri Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember pula, berdasarkan fakta sejarah diperlihatkan bahwa Yesus dilahirkan setidak-tidaknya pada musim panas ketika para gembala menjaga ternak mereka siang dan malam hari di tengah lapang terbuka di Yerusalem, yaitu sekitar bulan Juni-Agustus. Hal senada juga diungkapkan oleh 3 penulis buku best seller “Holy Blood and Holy Grail” tentang pernyataan Yesus tidak di lahirkan pada tanggal 25 Desember, menurut mereka yang di lahirkan pada tanggal 25 Desember adalah Dewa Mithra dan Dewa Matahari, yang mana perayaan ini tumbuh subur pada masa kekaisaran Konstantin:

“Constantine did not make Christianity the official state religion of Rome. The state religion of Rome under Constantine was, in fact, pagan sun worship…For the cult of Sol Invictus, however, the crucial day of the years was December 25-the festival of Natalis Invictus, the birth (or rebirth) of the sun. the cult of Sol Invictus meshed happily with that of Mithras. Both celbrated a major birth festival on December 25.”

“Bukanlah Konstantin yang menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi Negara Roma. Agama resmi Negara Roma di bawah pemerintahan Konstantin adalah, faktanya, agama pagan penyembah matahari...bagi kultus Dewa Matahari, bagaimanapun, hari yang di istimewakan setiap tahun adalah 25 Desember-perayaan kelahiran Invictus, kelahiran (kahir kembali) matahari,… pengkultusan Sol Invictus di hubungkan dengan Mithra. Keduanya diperingati dengan festival yang agung pada 25 Desember”

Pengkultusan terhadap Dewa Matahari dan Mithra ini sejatinya sudah tumbuh subur di kawasan Syria, Babilonia Kuno, dan Mesir. Bukanlah Yesus yang diperingati lahir tanggal 25 Desember, tetapi yang diperingati adalah kelahiran Dewa Matahari, Mithra, Namrud, dan berbagai dewa pagan lainnya. Di tambah memang tokoh-tokoh seperti Osiris, Mithra, Krishna, dan Nimrod di lahirkan pada tanggal 25 Desember, untuk itu umat Islam mengalami kesalahan fatal dan salah alamat apabila mengucapkan “Selamat Natal” yang ditujukan pada kelahiran Yesus Kristus atau Nabi Isa, karena jika berbicara fakta dan data, maka Yesus atau Nabi Isa tidak dilahirkan pada 25 Desember. ( swaramuslim.com )



My be this artikel's that you need...!!!



1 komentar:

  1. Aneh memang Gan...sudah banyak bukti-bukti kesesatannya kok masih saja ada yang percaya ya..Walau sudah banyak pendeta-pendeta yang masuk islam namun tidak sedikit yang masih keukeuh.Cuma walau bagaimanapun gan ya..Non muslim yang masuk islam itu kebanyakan orang-orang pintar dari kalangan mereka, tetapi SEBALIKNYA jika ada orang islam yang keluar dari islam, biasanya mereka orang-orang bodoh, miskin,terpinggirkan.

    BalasHapus